Laporan EKA G PUTRA, Pelalawan
Sepekan terakhir Riau kembali diselimuti asap pekat. Pantauan BMKG, titik api terbanyak berada di Kabupaten Pelalawan. Tiga hari berturut-turut (28-30 Agustus) Riau Pos memantau langsung kondisi di Pelalawan.
Hampir setiap jengkal lahan terbakar dan gosong akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Rabu (28/8) siang, asap pekat dan tebal langsung menyambut begitu memasuki gerbang Kota Pangkalankerinci. Di sisi kiri, sebongkah bukit tepatnya di belakang SPBU sesudah gerbang tampak mengepulkan asap tebal. Tak ada api. Namun Kamis (29/8) petang, api menyala di antara guyuran gerimis.
Pada hari itu kabut lebih tebal dari sebelumnya. Meskipun pada Jumat (30/8), api sudah mulai padam dan menyisakan sisa-sisa kebakaran. Sementara pada sisi kanan, barisan bukit-bukit kecil di atasnya hanya tinggal abu hitam bekas kebakaran.
Memasuki jalan poros milik RAPP, menuju arah Kecamatan Langgam, 25 kilometer dari pusat ibukota Kabupaten Pelalawan, Pangkalan Kerinci itu, asap pekat semakin terlihat.
Bahkan di KM 9 hingga KM 25, asap semakin tebal dan sudah berada pada radius pandang di bawah 500 meter persegi.
‘’Memang hari ini (Kamis, red) lebih tebal, bahkan tadi ada di KM 10 (Jalan Langgam, poros RAPP) pelajar berkendara
sepeda motor menabrak truk kayu yang terparkir karena jalan tidak kelihatan lagi. Belum lagi asap ditambah debu jalan semakin mengaburkan pandangan,’’ papar salah seorang pedagang minum di Jalan Langgam, Ridwan kepada Riau Pos, Kamis (29/8).
Ketebalan kabut pada hari itu memang jauh lebih pekat dibanding satu hari sebelum atau sesudahnya. Jalan poros RAPP yang menjadi alternatif menuju Kecamatan Langgam, pada KM 5 ke atas sudah tidak ada lagi masyarakat berjualan di sisi kiri kanan jalan. Sekitar dua kilometer selanjutnya, hamparan kebun sawit sudah terlihat di sisi kiri kanan jalan tersebut.
Baru pada KM 7, lahan kosong yang sudah terbakar di sisi kanan, dan lahan yang sedang terbakar di sisi kiri mengepulkan asap pekat tebal.
Sejauh mata memandang sudah tidak ada lagi hutan di sana. Ada beberapa pohon yang masih tegak, itu pun daunnya sudah rontok. Di sekilingnya, terdapat lubang-lubang dalam yang mengepulkan asap.
‘’Lokasi di sini sering digunakan sebagai tempat memancing. Sebelum ini juga sering terbakar, karena pemancing suka membuang puntung rokok sembarangan. Tak disadari, apinya sudah menyala di lahan gambut,’’ sambung Ridwan bercerita.
Sepanjang lokasi yang dikunjungi tersebut selama dua hari terakhir, tidak tampak sedikitpun aktivitas pemadaman dari darat. Baik langkah antisipasi dari warga maupun dinas pemadam kebakaran setempat.
Meski hanya dua sampai tiga jam melihat kondisi tersebut, namun berhektare-hektare lahan bisa habis karena gambut yang terbakar.(bersambung)