IYAK, KORBAN SELAMAT KECELAKAAN MAUT BUS PINEM

Masih Diinfus, Dampingi Jenazah Istri di Ambulans

Feature | Selasa, 01 Oktober 2013 - 11:05 WIB

Masih Diinfus, Dampingi Jenazah Istri di Ambulans
Iyak (50), salah satu korban bus Pinem, masih lemah dengan kepala diperban saat diwawancarai di rumahnya di Desa Rambahbaru, Rambahsamo Rokan Hulu, Senin (30/9/2013). Foto: HARJONO/RIAU POS

Kecelakaan Bus Pinem bernomor polisi BN 2777 LC membawa luka mendalam bagi Iyak (50). Keinginan untuk bertemu dengan anaknya di Kutacane, Aceh Tenggara berbuah duka.

Laporan HARJONO, Rambahsamo

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Bus yang terbalik kemudian menabrak cucian mobil dan tiang baliho di Simpang Bengkel, Perbaungan, Sumatera Utara itu merenggut nyawa kedua mertua dan isteri tercintanya.

Beruntung, nyawa Iyak selamat dalam kecelakaan bus jurusan Ujungbatu (Rokan Hulu) - Medan (Sumatera Utara) itu. Ia masih terbaring lemah di rumahnya RT 05/RW 04 Desa Rambahbaru, Kecamatan Rambahsamo, Rokan Hulu (Rohul), Senin (30/9).

Memang, Iyak bersama istrinya Rodiah (46) dan mertuanya Sahri (70) dan Idas (65) merupakan penumpang bus nahas yang mengalami kecelakaan Ahad (29/9) subuh tersebut. Kecelakaan itu merenggut lima nyawa, tiga di antaranya adalah istri dan mertua Iyak.

Sedangkan Iyak sendiri mengalami luka-luka dan harus menjalani perawatan.

Oleh karena itu, saat proses pemakaman isteri dan kedua mertuanya, Senin (30/9) pukul 11.00 WIB, ia tak bisa mengantarkan ke pemakaman. Iyak tampak tak banyak bicara, meski raut duka di wajahnya tak bisa ia sembunyikan. Ia tak berdaya untuk bergerak ke mana-mana karena sejumlah luka yang ia derita. Selain sejumlah luka gores di sekujur badan, kepala Iyak harus dijahit karena mengalami luka benturan.

Ia mengaku tak banyak ingat kecelakaan tersebut karena saat kejadian ia dalam keadaan tidur pulas. ‘’Saya benar-benar seperti mimpi saat kejadian itu. Saya sedang tertidur, dan tak tahu apakah isteri dan mertua saya sedang tidur atau tidak,’’ katanya kepada Riau Pos di rumah duka, Senin (30/9).  

Karyawan PT Padasa, yang berlokasi di Kecamatan Kabun ini menceritakan, saat itu mereka bermaksud pergi mengunjungi anaknya di Kutacane. Ia menceritakan, pada Jumat (27/9) lalu, ia kedatangan kedua mertuanya, Sahri dan Idas. Sahri dan Idas sempat menginap di rumah Iyak di perumahan karyawan PT Padasa-Kabun selama satu hari satu malam. Mereka memang sudah merencanakan akan berangkat ke Aceh Tenggara.  

Pada Sabtu (28/9) sore sekitar pukul 17.00 WIB, mereka berangkat ke loket Bus Pinem di Kecamatan Kabun dan langsung berangkat menuju Medan. Iyak mengaku tidak ada yang janggal dan merasa aneh ketika mereka hendak menumpangi mobil nahas tersebut.

‘’Tidak ada yang aneh atau ganjil ketika kami naik bus. Kedua mertua saya duduk bersama, begitu pula saya dan isteri juga duduk berdampingan,’’ kenang Iyak.

Sepanjang perjalanan mereka sekeluarga dari Kecamatan Kabun hingga ke lokasi kejadian tidak ada yang aneh atau yang mengkhawatirkan.

Tidak ada tanda-tanda yang membuat resah penumpang di bus tersebut. Bus itu, menurut Iyak, dikendarai sopir yang mahir. Iyak mengaku tak tahu kapan sopir bus nahas tersebut berganti. Ketika mengisi BBM di salah satu SPBU malam itu, Iyak melihat sopir bus sudah lain.

‘’Kalau pertama sopirnya agak gemuk dan mahir, tapi yang gantinya ini agak kurus dan sepertinya baru pandai bawa mobil,’’ kenang Iyak.  Dari SPBU tempat mengisi BBM, bus awalnya berjalan lambat. Namun lama kelamaan, bus mulai melaju kencang dan laju sekali. Meski sopirnya tidak terasa mahir, namun tak ada kejadian yang membahayakan.

‘’Saya tertidur karena waktu itu memang sudah menjelang Subuh. Saat itulah mobil oleng, namun saya merasa seperti mimpi. Namun tak sempat saya membuka mata, mobil langsung terbalik beberapa kali dan membentur tembok begitu kerasnya. Saya tak sadarkan diri hingga saya dibawa ke rumah sakit,’’ ujar Iyak.

Iyak mengaku kalau kejadian itu seperti mimpi dan berlangsung begitu cepat. Ketika sadar, ia tak tahu bagaimana nasib kedua mertua dan isterinya. Sebab, mereka tidak dirawat dalam satu ruangan.

‘’Dua kali saya tanya suster yang merawat saya, dimana isteri dan mertua saya. Suster bilang di lain ruangan. Saya tidak bisa bergerak karena luka di kepala dan banyak mengeluarkan darah. Saya pasrah sambil berharap isteri dan mertua saya tidak ada masalah,’’ ungkapnya.

Meski menahan rasa sakit dan susah mengerakkan badan, Iyak benar-benar penasaran. Ia terus bertanya, hingga salah seorang keluarganya datang dari Medan menghampirinya. ‘’Saya tanya sama keluarga yang datang, mereka bilang mertua dan isterinya sudah meninggal dunia. Saya hanya bisa menangis dan seperti tidak percaya,’’ katanya.(esi)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook