MERANGKAI TIGA PULAU DENGAN POMPONG SEBAGAI RORO

Telukbelitung-Merbau-Tebingtinggi Hanya 3 Jam

Feature | Minggu, 01 April 2012 - 08:13 WIB

Telukbelitung-Merbau-Tebingtinggi Hanya 3 Jam
Seorang juru mudi sedang bersantai di atas pompongnya menunggu penumpang yang menyeberang. Foto diambil di dermaga pelabuhan kayu di Kampung Pelantai. (Foto: GEMA SETARA/RIAU POS)

Untuk mencapai Kota Selatpanjang Ibukota Kabupaten Kepulauan Meranti masyarakat Pulau Padang dan Pulau Merbau memanfaatkan pompong sebagai sarana roll on roll out (Roro) untuk melintasi Selat Teluk Ketapang dan Kuala Merbau. Dengan adanya pompong tersebut masyarakat Telukbelitung di Pulau Padang dan warga Semukut di Pulau Merbau bisa besepeda motor menuju Kota Selatpanjang.

Laporan ERWAN SANI, Telukbelitung

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

POMPONG terbuat dari papan berwarna polos, berbobot sekitar tiga ton dan bermesin 24 PK perlahan merapat di ujung dermaga kayu Kampung Pelantai yang menjorok agak ke tengah Selat Ketapang yang memisahkan Pulau Padang dan Pulau Merbau atau akrab disebut Pulau Merebe.

Dua unit sepeda motor tampak berdiri kokoh sambil dipegang erat oleh pemiliknya. Sedangkan kapten pompong sibuk memainkan kemudi sepak (tiang atau batang kemudi terbuat dari kayu) dan tangan yang satunya memegang tali gas mesinnya.

Di haluan pompong  anak buah kapal sambil memegang tali bersiap-siap melemparkan ke atas dermaga. Dalam hitungan detik tali  langsung di lempar ke atas dermaga dan disambut salah seorang warga yang ada di atas dermaga selanjutnya diikat ke salah satu tiang dermaga. Bunyi mesin pompong terdengar tinggi rendah karena sang kapten memainkan gas saat merapat di dermaga dan terlihat jelas  asap hitam mengepul keluar dari knalpot mesin.

Ketika merapat salah seorang pemilik sepeda motor bergegas menaikkan kendaraannya ke atas dermaga dan dibantu anak buah kapal yang sudah terlebih dahulu berada di atas dermaga. ‘’Pompong ini sangat membantu warga kami pulang pergi ke Selatpanjang melalui jalur darat,’’ ucap Peri warga Teluk Belitung kepada Riau Pos.

Pompong yang dilengkapi dengan empat tiang kayu dan atapnya terbuat dari daun mengkuang kering ini benar-benar memberikan kenyamanan bagi penumpang yang menyeberang pada siang hari atau malam. Pasalnya bisa terlindung dari panas dan hujan ketika melintasi selat  memisahkan Kampung Pelantai-Ketapang.

Dengan adanya pompong penyeberangan bolak balik dari Pelantai-Ketapang ini dermaga kayu Kampung Pelantai dan Ketapang tetap dipadati penumpang yang pulang pergi. Bukan sepeda motor saja akan tetapi warga bersepeda kayuh juga ada diangkut pompong yang berfungsi sebagai roro ini. Jumlahnya bukan satu akan tetapi 3-4 pompong beroperasi dalam satu hari.

Perjalanan menuju Telukbelitung yang merupakan ibukota kecamatan tak sampai di situ saja, akan tetapi harus melintasi beberapa perkampungan lainnya. Terutama Kampung Kamal, Mekarsari dan Ulu Asam setelah itu baru tiba di Telukbelitung.

Dari Kampung Pelantai ini menuju Telukbelitung memakan waktu lebih kurang 25 menit. ‘’Itu bagi orang biasa dengan kondisi jalan di pulau ini. Tak biase bisalah 35-40 menit,’’ lanjut Peri.

Dia juga menjelaskan sulitnya akses yang ada sekarang tetap menunjang pembangunan beberapa daerah. Sebab dahulunya tak ada akses jalan darat untuk menuju Pulau Merbau-Tebingtinggi. Sekarang sudah sangat membantu sehingga masyarakat bisa pulang pergi ke Selatpanjang menggunakan sepeda motor.

‘’Bagi pejabat dan staf Kecamatan Merbau dan masyarakat yang ingin berurusan ke Selatpanjang banyak memilih menggunakan sepeda motor. Terutama yang berurusan agak lama,’’ lanjut Peri yang bekerja di perusahaan minyak di Telukbelitung tersebut.

Untuk merangkai tiga pulau besar di kabupaten paling bungsu di Riau saat sekarang baru direncanakan pemerintah. Namun kesadaran tinggi dari masyarakat untuk menyediakan jasa angkutan sangat membantu warga yang berurusan di Selatpanjang sebagai ibukota kabupaten. Jika melihat jarak dari Telukbelitung, Pulau Merbau dan Tebingtinggi terutama ibukota kabupaten sekitar 60 kilometer. Namun dikarenakan menyeberang selat dan Kuala Merbau akhirnya perjalanan menuju ibukota kabupaten memakan waktu tiga jam.

Dikatakan Peri, dari Telukbelitung ke dermaga Kampung Pelantai memakan waktu 25 menit. Kemudian menyeberang menggunakan pompong ke Kampung Ketapang memakan waktu 35 menit. Dari Ketapang sepedamotor langsung disuguhi jalan tanah hingga ke Kampung Semokot tepatnya di dermaga Kuala Merbau memakan waktu 30 menit lebih.

Kemudian sepedamotor harus diseberangkan kembali menggunakan pompong ke Kampung Kundur yang terdapat di Pulau Tebingtinggi. Penyeberangan hanya memakan waktu 10-15 menit. Terkadang di penyeberangan Semukut-Kundur memakan waktu agak lama karena harus menunggu beberapa sepedamotor. Pompong penyeberangan di semokot bisa membawa 5-7 sepedamotor sekali penyeberangan. Jadi sangat berbeda dengan pompong dari Pelantai-Ketapang paling banyak tiga sepedamotor dan rata-rata dua sepedamotor.

‘’Dari Kampung Kundur ke Selatpanjang paling lama satu jam atau satu setengah jam,’’ lanjutnya.

Walaupun kondisi jalan kurang bagus, karena jalan beton cor yang mulai pecah dan berlubang tapi kondisinya lumayan bagus jika dibandingkan dari Ketapang-Semukut. ‘’Bagi kami jalan dari Kundur-Selatpanjang itu sudah bagus. Karena ban sepedamotor tak lagi menginjak tanah redang (gambut, red) seperti dari Ketapang-Semukut,’’ lanjutnya.

Khusma warga Belitung yang sering bolak balik menggunakan pompong penyeberangan Kampung Pelantai dan Semukut sebenarnya mengeluhkan besarnya biaya penyeberangan. Pasalnya untuk satu sepeda motor untuk sampai di Ketapang tepatnya di Pulau Merbau harus meronggoh uang sebesar Rp30.000.

Kemudian jika melanjutkan perjalanan menuju Tebingtinggi harus melakukan penyeberangan di dermaga Semukut menggunakan pompong. ‘’Pompong di Semukut-Kundur agak murah per sepeda motor hanya Rp10.000. Tapi pergi balik lumayan juga duit untuk dikeluarkan dalam perjalanan. Tapi kita diuntungkan bisa pakai kendaraan saat di Kota Selatpanjang,’’ kata Khosma.

Tapi apa mau dikata, kata Khosma, karena terpaut pekerjaan maka uang dikeluarkan  tak jadi persoalan asalkan bisa membawa sepedamotor ke tempat kerja. ‘’Kalau tak bawa sepedamotor kena ojek. Biaya pula keluar lagi,’’ lanjutnya.

Keberadaan  penyeberangan Pelantai-Ketapang dan Semukut-Kundur benar-benar membantu masyarakat. Paling tidak, kata tokoh masyarakat Telukbelitung Ali, bisa membuka akses jalan darat terutama merangkai Pulau Padang, Merbau dan Tebingtinggi. Selain itu dengan beroperasinya pompong penyeberangan dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB bisa memberikan kemudahan bagi warga yang pulang pergi dari Pulau Padang, Pulau Merbau dan Tebingtinggi. ‘’Terutama anak-anak bersekolah SMA di Telukbelitung. Pagi-pagi sudah bisa menyeberang dari Ketapang-Pelantai,’’ ucap Ali yang bekerja di salah satu media massa di Riau ini.

Menurut Ali jika ingin pergi dari Telukbelitung ke Pulau Merbau dan Tebingtinggi menggunakan speedboat penumpang pada pagi hari tak ada. Namun adanya pukul 13.00 WIB, itupun speedboat dari Selatpanjang menuju Pulau Bengkalis yang berangkat pagi hari. ‘’Dari belitung ke Selatpanjang speedboat-nya siang.Kalau mau pergi pagi pilihannya menggunakan pompong penyeberangan di Pelantai-Ketapang dan Semukut-Kundur,’’ cerita Ali.

Dikatakan dia, pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti sebenarnya sudah membuat perencanaan untuk merangkai pulau. Ini dibuktikan pernyataan Bupati Drs Irwan Nasir beberapa waktu lalu. Terutama membuat jembatan dari Tebingtinggi-Pulau Merbau tepatnya di Kuala Merbau.

‘’Paling tidak dengan adanya jembatan itu nantinya bisa mengurangi biaya dikeluarkan warga dari Teluk Belitung dan Warga Kepulauan Merbau yang ingin ke Selatpanjang,’’ jelas Ali.

Keberadaan jembatan dari Tebingtinggi-Pulau Merbau-Pulau Padang menjadi harapan besar bagi masyarakat tiga pulau besar masyarakat.

‘’Saya yakin dengan lancarnya jalur transportasi secara otomatis tak Tebingtinggi saja yang maju, akan tetapi Pulau Merbau dan Pulau Padang juga maju,’’ harapnya.

Semoga jembatan-jembatan dan roro-roro dan jalan-jalan beton dengan kondisi baik benar-benar terwujud, karena itu merupakan urat nadi yang terus berdenyut untuk sebuah perkembangan dan pembangunan daerah yang modern dan mencabut isolasi antara kota dan perkampungan.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook