TRAGEDI MELEDAKNYA BUS FAMILY RAYA CERIA

Menyelamatkan Anak Ibu Rela Terbakar

Feature | Sabtu, 01 Februari 2014 - 15:47 WIB

Menyelamatkan Anak Ibu Rela Terbakar
Roza, salah satu korban bus PO Family Raya Ceria yang selamat, namun ibunya tewas dalam kejadian tersebut. Foto: SY Ridwan/RPG

MURNIATI, 40, Iqbal, 19, dan Roza, 21, tiga dari puluhan korban yang berhasil selamat dalam tragedi maut bus PO Family Raya Ceria (FRC) jurusan Bangko-Padang yang terbakar di KM 148 Jalan lintas Sumatera dari arah Padang, Jumat (31/1). Bagaimana kisah korban selamat dalam bus nahas itu?

Laporan RPG, Sijunjung

Sambil menahan sakit akibat patah kaki kiri dan luka bakar di bibirnya, Murniati yang juga dosen STKIP Kota Bangko Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi itu menuturkan pengala­man pahit yang baru saja diala­mi­nya.


 Masih terbayang di ing­a­tan­nya ketika penumpang pa­nic saat bus FRC berasap dini hari itu. Semua penumpang yang terti­dur terbangun. Kepa­ni­kan sema­kin menjadi-jadi saat terjadi le­dakan. Sebagian pe­numpang berteriak-teriak min­ta tolong.

Di tengah kepanikan itu, Mur­niati yang duduk di kursi no­mor 15 juga berusaha men­ca­ri jalan ke luar. Namun bukan per­kara mudah bagi Murniati, terlebih lagi suasana sudah tak terkendali dan ruang dalam bus dipenuhi asap hitam.

Waktu itulah, kata Mur­niati, seorang penumpang ber­inisiatif memecahkan kaca jen­de­la samping bus. Sambil bere­but, satu per satu penum­pang ke luar melewati jendela kaca.

Nasib mujur masih ber­pihak pada Murniati. Ken­dati tu­buhnya sedikit ge­muk, na­mun tetap berhasil ke luar le­wat jendela. Sayangnya, saat ter­­j­un dari jendela dia ter­ben­tur ke aspal sehingga kaki­nya patah.

“­Setelah pintu jendela dipe­cah­­kan, tanpa pikir panjang, sa­y­a terjun dan terjatuh di atas as­pal,” ungkap Murniati yang me­ngaku sudah menjanda ini.

Selepas itu, Murniarti yang bi­birnya sempat dijilat api, lang­sung menjauh dari bus na­has tersebut.

Lain halnya dengan Iqbal, 19, korban selamat lainnya. Pria yang sebelum kejadian sempat tertidur itu, terbangun ketika melihat suasana dalam bus sudah dipenuhi asap.

Tanpa pikir panjang, pe­num­­pang yang duduk di kursi no­mor 13 itu, berlari menuju pin­tu depan untuk menye­la­mat­kan diri. Namun upaya­nya gagal. Waktu itulah, tanpa pikir pan­­jang dia terjun melalui jen­dela kaca yang telah dipe­cah­kan.

“Setelah berhasil mencapai pin­tu depan, ternyata pintu ti­dak bisa dibuka. Saya balik lagi be­­berapa langkah dan beru­saha ke luar melalui jendela yang digunakan penumpang lain­­nya,” sebut Iqbal yang me­nga­ku api juga menjilati diri­nya.

Sambil menahan sakit pada ta­ngan kirinya yang diduga pa­tah, mahasiswa semester II Uni­­versitas Negeri Padang (UNP) tersebut menuturkan, ke­­p­alanya terlebih dahulu me­nyen­tuh aspal usai melon­cat le­wat jendela. “Yang kami pi­kir­kan saat itu adalah cara ke luar dari dalam bus dengan se­lamat,” sebut warga Pasar Bang­ko, Ka­bupaten Merangin ini didam­pi­ngi ayahnya.

Cerita memiriskan hati da­tang dari Roza, 21, maha­siswi Jurusan Menajemen UNP. Ia harus merelakan ibunya, Ros­wati, 49, yang tewas terbakar ka­rena tidak bisa menye­lamat­kan diri usai mendorongnya ke luar dari dalam bus.

“Beberapa detik setelah bus ber­henti, ledakan besar terjadi. Saya dan ibu berteriak histeris. Kami berusaha ke luar dari dalam bus, tapi ibu tak berhasil ke luar,” ungkapnya lirih.

Roza mengungkapkan ba­gai­­mana ibunya berusaha mem­­beri jalan untuk anaknya agar bisa cepat ke luar. “Saya di­min­­ta duluan ke luar oleh ibu me­­lalui jendela, dan tangan kami berpegangan karena pin­tu depan sulit dijangkau akibat ba­­­nyaknya penumpang yang ingin ke luar dari sana. Setelah pe­­gangan tangan dilepas, saya ti­dak bisa lagi melihat ibu karena asap sudah memenuhi seluruh rua­­ngan,” terang warga Pasar Atas, Kecamatan Bangko itu lirih.

Sesampai di luar bus, Roza ma­sih mendengar teriakan his­teris beberapa penumpang yang tertinggal di dalam bus. “De­mi me­nyelamatkan saya, ibu rela ter­ba­kar, besar sekali pe­­ngor­banan­mu ibu,” kata Roza  di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Sijunjung.

Syamsul, 44, paman Roza yang merupakan adik kandung Ro­s­wati menuturkan, kakaknya men­dampingi Roza untuk mem­­­­bantu memindahkan ba­rang milik Roza yang pindah kos.

“Kami sangat kehilangan atas kejadian ini, karena kami telah kehilangan seorang kakak dari adik-adiknya. Seorang ibu dari anak-anaknya, namun satu yang membuat kami lega, dia (Roswati, red) meninggal di hari yang sangat dimuliakan (Jumat, red),” ujarnya lirih.(c/rpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook