MURNIATI, 40, Iqbal, 19, dan Roza, 21, tiga dari puluhan korban yang berhasil selamat dalam tragedi maut bus PO Family Raya Ceria (FRC) jurusan Bangko-Padang yang terbakar di KM 148 Jalan lintas Sumatera dari arah Padang, Jumat (31/1). Bagaimana kisah korban selamat dalam bus nahas itu?
Laporan RPG, Sijunjung
Sambil menahan sakit akibat patah kaki kiri dan luka bakar di bibirnya, Murniati yang juga dosen STKIP Kota Bangko Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi itu menuturkan pengalaman pahit yang baru saja dialaminya.
Masih terbayang di ingatannya ketika penumpang panic saat bus FRC
berasap dini hari itu. Semua penumpang yang tertidur terbangun.
Kepanikan semakin menjadi-jadi saat terjadi ledakan. Sebagian
penumpang berteriak-teriak minta tolong.
Di tengah kepanikan itu, Murniati yang duduk di kursi nomor 15 juga
berusaha mencari jalan ke luar. Namun bukan perkara mudah bagi
Murniati, terlebih lagi suasana sudah tak terkendali dan ruang dalam bus
dipenuhi asap hitam.
Waktu itulah, kata Murniati, seorang penumpang berinisiatif
memecahkan kaca jendela samping bus. Sambil berebut, satu per satu
penumpang ke luar melewati jendela kaca.
Nasib mujur masih berpihak pada Murniati. Kendati tubuhnya sedikit
gemuk, namun tetap berhasil ke luar lewat jendela. Sayangnya, saat
terjun dari jendela dia terbentur ke aspal sehingga kakinya patah.
“Setelah pintu jendela dipecahkan, tanpa pikir panjang, saya
terjun dan terjatuh di atas aspal,” ungkap Murniati yang mengaku sudah
menjanda ini.
Selepas itu, Murniarti yang bibirnya sempat dijilat api, langsung menjauh dari bus nahas tersebut.
Lain halnya dengan Iqbal, 19, korban selamat lainnya. Pria yang
sebelum kejadian sempat tertidur itu, terbangun ketika melihat suasana
dalam bus sudah dipenuhi asap.
Tanpa pikir panjang, penumpang yang duduk di kursi nomor 13 itu,
berlari menuju pintu depan untuk menyelamatkan diri. Namun upayanya
gagal. Waktu itulah, tanpa pikir panjang dia terjun melalui jendela
kaca yang telah dipecahkan.
“Setelah berhasil mencapai pintu depan, ternyata pintu tidak bisa
dibuka. Saya balik lagi beberapa langkah dan berusaha ke luar melalui
jendela yang digunakan penumpang lainnya,” sebut Iqbal yang mengaku
api juga menjilati dirinya.
Sambil menahan sakit pada tangan kirinya yang diduga patah,
mahasiswa semester II Universitas Negeri Padang (UNP) tersebut
menuturkan, kepalanya terlebih dahulu menyentuh aspal usai
meloncat lewat jendela. “Yang kami pikirkan saat itu adalah cara ke
luar dari dalam bus dengan selamat,” sebut warga Pasar Bangko,
Kabupaten Merangin ini didampingi ayahnya.
Cerita memiriskan hati datang dari Roza, 21, mahasiswi Jurusan
Menajemen UNP. Ia harus merelakan ibunya, Roswati, 49, yang tewas
terbakar karena tidak bisa menyelamatkan diri usai mendorongnya ke
luar dari dalam bus.
“Beberapa detik setelah bus berhenti, ledakan besar terjadi. Saya
dan ibu berteriak histeris. Kami berusaha ke luar dari dalam bus, tapi
ibu tak berhasil ke luar,” ungkapnya lirih.
Roza mengungkapkan bagaimana ibunya berusaha memberi jalan untuk
anaknya agar bisa cepat ke luar. “Saya diminta duluan ke luar oleh
ibu melalui jendela, dan tangan kami berpegangan karena pintu depan
sulit dijangkau akibat banyaknya penumpang yang ingin ke luar dari
sana. Setelah pegangan tangan dilepas, saya tidak bisa lagi melihat
ibu karena asap sudah memenuhi seluruh ruangan,” terang warga Pasar
Atas, Kecamatan Bangko itu lirih.
Sesampai di luar bus, Roza masih mendengar teriakan histeris
beberapa penumpang yang tertinggal di dalam bus. “Demi menyelamatkan
saya, ibu rela terbakar, besar sekali pengorbananmu ibu,” kata
Roza di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Sijunjung.
Syamsul, 44, paman Roza yang merupakan adik kandung Roswati
menuturkan, kakaknya mendampingi Roza untuk membantu memindahkan
barang milik Roza yang pindah kos.
“Kami sangat kehilangan atas kejadian ini, karena kami telah kehilangan seorang kakak dari adik-adiknya. Seorang ibu dari anak-anaknya, namun satu yang membuat kami lega, dia (Roswati, red) meninggal di hari yang sangat dimuliakan (Jumat, red),” ujarnya lirih.(c/rpg)