Sebuah keajaiban terjadi saat terbakarnya bus Family Raya. Perempuan hamil, Era Meta dan calon buah hatinya selamat dari musibah. Dengan tekad kuatnya demi calon bayinya, dia melompat dari dari dalam bus. Akibatnya, lengan kirinya patah saat mendarat di aspal menahan perut buncitnya.
Laporan SEPRIANTO, Sijunjung
Dingin embun malam berubah mendidih hingga menguap terbawa Bus AKAP PO Family Raya Ceria (FRC) jurusan Bangko-Padang meledak di kilometer 148 dari arah kota Padang Jumat (31/1) sekitar pukul 01.30 WIB, dini hari. Musibah ini menewaskan tujuh penumpang.
Sementara 17 penumpang lainnya, mengalami luka bakar dan patah tulang akibat terjun dari jendela bus. Belasan penumpang lainnya selamat tanpa luka.
Musibah ini mengingatkan publik pada kasus terbakarnya bus PO Yanti di Lima Puluh Kota, Sumbar yang menewaskan 13 penumpang, beberapa waktu lalu.
Musibah ini terjadi jauh dari pemukiman penduduk. Akibatnya, proses pemadaman api pun terlambat. Petugas pemadam kebakaran dari BPBD Sijunjung terlambat datang akibat telat memperoleh informasi.
Akibat terbakarnya bus FRC tersebut, arus lalu lintas di Jalinsum kilometer 148 dari arah Padang tepatnya di Jorong Lembah Gunung Nagari Siawur, Kecamatan Kamang Baru Sijunjung sempat macet hingga 10 Km.
Setelah api berhasil dipadamkan, sekitar pukul 03.30 WIB, asap dari api yang membakar Family Raya jurusan Bangko-Padang di Jalan lintas Sumatera Km 147, Nagari Tanjung Lolo, Tanjung Gadang, Kabupaten Sijunjung.
Suara jerit ketakutan dari 36 penumpang terperangkap di dalamnya, sontak mengalahkan pekikan jangkrik pemecah sunyi malam.
Namun tidak begitu dengan Era Meta (36) salah satu penumpang bus Family Raya bersama sang suami Yarwandi (32) yang bernasib sama dengan penumpang lain.
Saat ditemui RPG di ruang Surgikal IGD RSUP M Djamil Padang, Era Meta menceritakan saat kejadian, ia hanya mampu menggerakkan bibir sembari tetap bertasbih menyebut nama Allah.
Meski ia tahu, tak akan ada yang mendengar. Namun dari situ, Allah yang Maha Kuasa tentu punya cerita sendiri. Allah telah mempatrikan kekuasaan-Nya pada Era Meta yang ternyata tengah membawa calon bayi pertamanya.
Insting seorang ibunya spontan keluar. Dia tak ingin janin tujuh bulannya binasa. Dalam pinta pikirannya hanya satu, bisa keluar dari ruang balok besar nan panas itu.
Dia tak peduli, meski lidah api tak mau berkompromi saat menjilati kulitnya. Dengan meloncati jendela bus, keajaiban menghampiri Era Meta dan calon buah hatinya selamat dari musibah.
Meski lengan kirinya harus patah saat mendarat di aspal menahan perut buncitnya.
Ia juga harus mengalami luka bakar di bagian muka kiri. Telinga kiri, pinggang kanan, rambut, serta ada luka robek di bawah bibir bawah kiri yang saat ditanya iapun tak tahu apa penyebab luka tersebut.
‘’Aku tak mau pasrah dijilati api. Aku tidak gentar meski telah tercium aroma daging terpanggang. Dalam pikiran hanya satu, bagaimana bisa keluar dari bus, sehingga bisa menyelamatkan jabang bayi,’’ kisah Era Meta saaat dirawat dengan selang oksigen di hidungnya.
Era Meta bersaksi api pertama muncul di bagian mesin sebelah sopir. Sementara dia, dan suaminya duduk di bangku ke tiga dari sopir. Dia tahu ada api saat melihat kepulan asap dari arah samping supir tersebut.
‘’Awalnya hanya ada asap kecil, namun tiba-tiba langsung ada sambaran besar dan meledak. Suami saya langsung mengejar pintu untuk membukanya. Namun, saya melihat pintu tersebut sulit untuk dibuka. Saya mengikuti suami, namun ada kobaran besar yang datang dari depan, sehingga saya memilih untuk mundur,’’ ungkapnya sembari memegangi sebagian rambutnya yang terpanggang.
Di saat itu, ia melihat ada kaca jendela mobil yang telah dipecahkan penumpang lain. Tanpa panik ia langsung keluar meloncati jendela itu.
‘’Saya langsung dihampiri suami, dan menjauh dari bus. Tak sadar ternyata tangan kiri saya patah, dan kami langsung dibawa ke Puskesmas Sungai Lansek, sebelum dirujuk ke M Djamil,’’ ungkap anak ke 5 dari 7 bersaudara ini sambil mengusap-usap perutnya.
Era Meta dan Yarwandi, penumpang pasutri dari Bangko. Setelah menikah di Padang, selanjutnya mereka berdua merajut kehidupan merantau ke Bangko.
Rezeki pun langsung diberikan Tuhan berupa kehamilan pertamanya. Lalu, karena Era Meta yang beranjak hamil tua, mereka pun memutuskan untuk menunggu persalinan di Kota Padang yakni di rumah orang tua Era Meta di kawasan Lapai.
‘’Saya ingin istri melahirkan di Padang. Karena itu kami berada di bus nahas itu. Kami hendak ke Lapai tempat ibu mertua,’’ ungkap Yarwandi yang penyepuh emas itu.
Namun ia katakan, tak ada gelisah yang berlebih saat keberangkatan. Namun sekiranya ada sebuah pertanda datangnya petaka itu, tentu ia akan membatalkan keberangkatan itu. Tentu, ia pun sadar, tak ada satu pun yang mampu menolak jalan Tuhan.
‘’Yang terpenting istri dan calon anak saya selamat dari musibah, saya ikhlas,’’ sambungnya.
Paman Era Meta, Ahmad Joni, berharap keponakannya tersebut mendapatkan perhatian. Karena memang selain ada luka, barang-barang bawaannya tak ada yang bersisa.
‘’Saya harap pihak terkait bisa segera bertanggungjawab. Tak ada yang tersisa selain sebatang tubuh. Di situ juga ada BPKB yang terpanggang, tentu akan sulit mengurusnya,’’ harapnya.(c/esi)