PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- PT Kimia Farma (Persero) Tbk sebagai perusahaan yang bergerak di bidang farmasi terus mengembangkan jaringan pelayanan kesehatannya. Selasa(30/7) perusahaan ini meresmikan pusat cuci darah atau Hemodialisa Center bekerja sama dengan rumah sakit (RS) berbasis Dhuafa, Lancang Kuning Pekanbaru.
Kehadiran Hemodialisa Center di RS Lancang Kuning, merupakan klinik kelima yang dikelola oleh PT Kimia Farma di Indonesia sejak 2019. Baik yang dibangun Kimia Farma sendiri, maupun bekerja sama dengan mitra.
Kelima Klinik Hemodialiasa di Indonesia hadir di Lampung, Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Tabanan, dan menyusul di Jokjakarta. "Hanya di Bandung murni dikelola oleh PT Kimia Farma," jelas Manajer Klinik PT Kimia Farma Apotek (KFA) Dien menjawab Riaupos disela grand opening di Rumah Sakit Lancang Kuning.
Hemodialisa Center ini diresmikan oleh Kepala Bagian Keagamaan Kesra Provinsi Riau H Rudi Hartono yang mewakili Gubernur Riau menurut Dien, sebagai upaya kuratif bagi masyarakat dalam upaya preventif mengajak dan mengedukasi masyarakat untuk melakukan pola hidup sehat.
Klinik hemodialisa mengusung konsep homey atau pelayanan cuci darah layaknya di rumah sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan kenyamanan, kepuasan, kualitas dan harapan hidup pasien, terutama untuk para penderita diabetes dan hipertensi yang telah memasuki tahapan CKD (Chronic Kidney Disease).
"Hal ini merupakan bentuk dedikasi Perseroan pada pelayanan kesehatan mulai preventif sampai dengan kuratif," jelas Dien.
Sejak dioperasikan pemakaiannya Oktober 2017 lalu, seperti diungkap Dien dan Dian, kepala ruangan Hemodialisa Center Rumah Sakit Lancang Kuning ini telah mampu melayani maksimal 25 orang pasien setiap hari dalam dua shif. "Kita punya 15 tempat tidur. Kita bagi dalam dua shif pelayanan setiap harinya. Baik itu pasien rujukan BPJS Kesehatan maupun pasien mandiri, " tambah Dian.
Kerja Sama dengan Dompet Dhuafa
Disinggung soal bentuk kerjasama Kimia Farma dengan Rumah Sakit (RS) Dompet Dhuafa Lancang Kuning ini, Dien mengatakan selain dalam bentuk infrastruktur, tenaga, maupun obat-obatan, serta meliputi kenyamanan dan kepuasaan pasien bagian dari konsep yang diusung, tentunya ada juga profitnya, dan CSR di dalamnya.
Soal kerja sama ini juga disinggung oleh Ali Bastoni, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Riau, bahwa tentu ada presentase dalam kerjasama ini, salah satunya 40 persen profitnya akan diprioritaskan untuk reinvestasi.
Pada 2018 lalu seperti ditambahkan Ali Bastoni, Rumah Sakit (RS) Duafa Lancang Kuning telah memberikan layanan gratis kepada 580 pasien marginal dan miskin. Pasien yang tak bisa ditangani, dirujuk ke rumah sakit lainnya. "Ada beberapa rumah sakit yang sudah bekerja sama diantaranya, Rumah Sakit Ibu danAnak Zainab," jelas Ali.
Mantan Presdir Dompet Dhuafa (DD) Ismail Said mengatakan, kehadiran rumah sakit berbasis dhuafa ini memang ditarget setiap 5 tahun bisa hadir di Indonesia, tentunya dimulai di kota besar. Kenapa harus dimulai di kota besar, karena rumah sakit berbasis dhuafa ini sangat mengandalkan wakaf dari para donatur.(lin)