JAKARTA (RP) — Hingga kini pemerintah belum mengambil sikap terhadap masa depan pengelolaan Blok Siak.
Apakah tetap memperpanjang kontrak PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), atau justru di berikan kepada perusahaan nasional atau BUMD melalui tender terbuka.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Ditjen Migas Kementerian ESDM Dr Ir Naryanto Wagimin mengatakan, bisa saja untuk menentukan siapa pengelola Blok Siak usai kontraknya berakhir 27 November 2013 melalui tender terbuka.
Karena kata dia, selain adanya pengajuan perpanjangan kontrak oleh PT CPI, pihaknya juga telah menerima proposal dari beberapa perusahaan kepada pemerintah sebagai bukti keseriusan mereka untuk mendapatkan blok tersebut.
Perusahaan itu sebut Naryanto berasal dari swasta nasional, BUMN (Pertamina), BUMD provinsi dan BUMD kabupaten di Riau. Proposal yang mereka ajukan intinya menginginkan sebagai pengelola penuh di blok migas potensial itu.
‘’Jadi kalau memang peminatnya banyak, biasanya sesuai aturan yanga ada di lakukan tender seperti halnya menawarkan blok migas baru. Namun dengan catatan jika kontrak operator lama tidak diperpanjang lagi,’’ ujar Naryanto kepada Riau Pos di Jakarta, Kamis (30/5).
Kemungkinan diperpanjang atau ditenderkan Blok Siak, kata Naryanto masih dalam pembahasan pemerintah. ‘’Perlu didalami dan dikaji secara komprehensif dalam menentukan pengelolaan Blok Siak ke depan,’’ ungkapnya.
Terpisah, Kadiv Humas SKKMigas Elan Biantoro mengatakan, pihaknya hanya memberikan masukan kepada pemerintah bahwa dua dari tiga area di Blok Siak tetap dikelola PT CPI dengan memperpanjang kontraknya. Sementara sisanya diberikan kesempatan kepada pemerintah daerah melalui perusahaan daerah yang dianggap punya pengalaman di sektor Migas.
‘’Tapi itu hanya penawaran. Keputusannya tentunya di tangan pemerintah ( Kementerian ESDM, red),’’ terang Elan yang menyebutkan, bahwa Blok Siak itu masih memiliki cadangan minyak, namun perlu investasi baru untuk kegiatan eksplorasi agar bisa meningkatkan produksi dari sebelumnya.
Sementara itu, PT CPI yang dikonfirmasi melalui Manager Communications Tiva Permata mengatakan pihaknya belum bisa memberikan komentar banyak mengenai Blok Siak mengingat PT CPI belum mendapatkan informasi resmi mengenai hal tersebut.
‘’Chevron telah melakukan pembahasan dengan Pemerintah Indonesia untuk memperpanjang konsesi Blok Siak. Blok Siak merupakan bagian penting dari operasi terintegrasi Chevron di Sumatera, termasuk dukungan produksi dari Blok Rokan. Chevron terus berkomitmen untuk bermitra dengan Indonesia dan berinvestasi dalam menyediakan minyak dan gas untuk memenuhi kebutuhan energi bagi keberlanjutan pembangunan,’’ jelas Tiva.
Pemrpov Siapkan Riau Petroleum
Di sisi lain, Pemprov Riau menyiapkan PT Riau Petroleum untuk merebut pengelolaan seluruh area di Blok Siak dari PT CPI. Prosesnya sendiri saat ini tinggal menunggu hasil verifikasi Kementerian ESDM untuk mengeluarkan rekomendasi join study.
“Kami minta sesegera mungkin pusat melalui Kementerian ESDM mengeluarkan surat agar dilakukan join study dan kami dalam proposal yang sudah diajukan sangat serius mengelola seluruh area di Blok Siak, bukan satu area saja atau dipecah-pecah,” ujar Kepala Biro Administrasi Ekonomi Setdaprov Riau Burhanuddin menjawab Riau Pos, Kamis (30/5).
Join Study sendiri merupakan upaya kelembagaan sesuai prosedural sesuai dengan ketetapan pemerintah pusat. Di mana jika ada daerah yang berminat mengelola blok migas dalam hal ini pemerintah maka wajib dilakukan proses tersebut.
“Keseriusan kami juga sudah dilakukan dengan menyiapkan sumber daya manusia yang profesional, maintenance, penguatan di seluruh bidang BUMD tersebut dan melaksanakan join venture (JV) beberapa bulan lalu terkait dukungan finansial. Jadi tinggal menunggu keputusan,” sambungnya.
Blok Siak yang memiliki asumsi cadangan sebesar 10.000 MSTB (Million Standar Ton Barrel) terdiri dari empat areal wilayah potensial. Yakni Rohil, Kampar, Bengkalis dan Rohul. Berdasarkan data dari Biro Ekonomi Setdaprov Riau, potensi yang sudah terlihat saat ini ada di Rohil dengan 39 sumur dan Kampar 22 sumur.
Potensi di dua Kabupaten tersebut sebesar 2.500 barel per hari, di mana 60 persen berada di Rohil dan 40 persen berada di Kampar. “Dengan luas wilayah di beberapa areal tersebut, memang ada sumur yang belum diproduksi karena belum dilakukan pengeboran. Bengkalis dan Rohul juga punya potensi 10.000 MSTB,” bebernya.(yud/mar/egp)