CATATAN PINGGIR KEPARIWISATAAN BAGIAN 9/II

Impian yang Terungkap

Ekonomi-Bisnis | Senin, 30 Oktober 2023 - 11:15 WIB

Impian yang Terungkap
Riyono Gede Trisoko

BAGIKAN



BACA JUGA


PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Pada saat ini sedang ramai isu tentang beberapa pasar tradisional yang sepi atau mungkin mal  yang kehilangan pembeli. Tidak bisa dipungkiri peristiwa ini penting menjadi   pemikiran yang patut untuk diangkat sebagai semangat  pengelolaan usaha kepariwisataan, di tengah isu tentang penurunan daya beli, iklim ekstrem, bencana, perubahan pasar selera hingga  kewajiban pajak.

Ada beberapa peristiwa yang perlu direnungkan bersama, misalnya sepi  karena  daya beli masyarakat turun. Apa iya,  karena terlihat penjualan mobil, toko branded dan restoran mahal tampak ramai. Tetapi di sisi lain ada penjualan yang  sepi. Apa yang salah, memusingkan?


Mungkin sedikit catatan dari Gillian Tett dalam anthro vision, sekitar 25 tahun yang lalu ada baiknya kita gunakan sebagai pintu masuk, apa itu, yakni  tentang “keanekaragaman manusia adalah kebaikan yang diberikan guna kehidupan manusia itu sendiri”.

Pada sisi ini maka sejatinya kekurangan kita adalah ketidaktahuan yang dibaliknya menugaskan kita untuk mencari apa itu  guna kehidupan kita. Karenanya  dikasus  di atas merupakan sebuah simpul tentang kepekaan terhadap  keragaman.

Online adalah keragaman baru yang datang guna mempermudah kehidupan, tetapi bagaimana menjadi masalah kepada kita.

Dalam anthropologi setiap  dorongan perubahan akan menjadi sebuah keyakinan jika dipandang secara positif sebagai peristiwa sosial. Oleh karenanya sebagai power of moment dapat kita semangati dengan beberapa cara.

Beberapa pandangan dalam  psikologi kepariwisataan. Pertama, bagi free individual traveling konsep  berwisata itu bisa menjadi tidak umum, karena menacari yang otentik, bersusah susah, menantang atau mungkin yang secara logika itu tidak menyenangkan, tetapi diminati.

Apakah  karakter perlaku ini adalah peluang? Kedua,  dalam experience economi, kekuatan produk dan jasa sejatinya bergeser dari consumtion ke costomize, karenanya unsur daya tarik menjadi personal sebagai “sentuhan” rasa-selera yang tercermin dalam berbagai  atribut. Apakah ini juga peluang? Ketiga, melalui dua peristiwa di atas maka simplicity sebagai kemudahan yang digaungkan online menjadi suatu celah yang penting yang mampu menjadi peluang.

Karenanya  ketiga simpul ini akan berpotensi menjadi pola produksi baru bagi kepariwisataan, sehingga adanya  kasus seperti mal sepi,  rumah makan menjamur kemudian sepi, tempat wisata  foto menjamur kemudian sepi, arena bermain moderen kemudian sepi,  tanpa kita ketahui ternyata masih orang berwisata dan belanja  di tempat lain.

Enjoyability saya istilahkan, mungkin saat ini menjadi alasan yang paling tepat menjadi alasan mengapa orang berwisata dan memilih tempat wisata, mengisi waktu luang.

Dari istilah ini saja sebenarnya sudah banyak hal yang bisa kita kembangkan untuk produk-produk kepariwisataan karena ini bersumber dari pada manusia sebagai subjek yang menjadi sumber rasa,  yang perlu digali dan dijadikan “impian” yang dikemas  sebagai selera dalam daya ungkit maupun daya tarik.

Mengemas impian sebagai momentum yang diharapkan akan menjadi sebuah keunggulan dalam mengolah experience nomic. Dan menemukan nilai yang relevan  akan menjadi sebuah pintu gerbang peluang  atau menjadi anugerah yang luar biasa.

Menjawab kerinduan, misalnya, rindu keluarga, rindu kumpul, rindu melihat yang ramai, rindu yang dingin dingin itu saja sudah menjadi sebuah peluang jika diimplementasikan sebagai sebuah jasa amaupun produk kepariwisataan.

Menemukan nilai yang relevan kemudian dapat didistribusikan kepada  konsep dasar produk dengan menarik sehingga lebih mudah untuk dapat dijangkau tentunya memerlukan sentuhan khusus.

Murah, mudah, praktis, menyenangkan, menarik, menyejukan, memesona, berasa, bervariasi adalah sedikit dari banyak sumber “daya” yang mampu menjadi alasan orang untuk memilih.

Karenanya mungkin kita perlu meluangkan waktu lebih banyak  memikirkan serba serbi usaha kita.(nto/c)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook