PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - PT PLN (Persero) tetap bertahan di tengah lesunya perekonomian nasional akibat pandemi Covid-19 pada tahun 2020-2021, dan menciptakan nilai berkelanjutan. Keberhasilan ini tidak terlepas dari strategi dengan implementasi Governance, Risk and Compliance (GRC).
Dalam Seminar (GRC) Summit 2022 bertajuk Sailing in Multiverse of Uncertainty, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko, Sinthya Roesly mengungkapkan, GRC diimplementasikan dalam pengelolaan siklus hidup aset, mulai dari perencanaan investasi melalui Komite Investasi dan cash war room (CWR), termasuk peningkatan kualitas pengambilan keputusan untuk semua proses bisnis. Hal ini mencerminkan komitmen PLN untuk meningkatkan tata kelola sehingga akuntabilitas atas proses yang dijalankan dapat selalu terjaga. "Sebagai perusahaan yang diberi mandat untuk melistriki negeri, PLN memiliki peran penting dalam menjalankan pelayanan kelistrikan dari hulu sampai hilir. Hal ini perlu dikelola dengan baik dan cermat oleh perseroan,"kata Sinthya, Senin (29/8).
Sinthya mengungkapkan, perjalanan CWR di PLN dimulai pada pertengahan 2020 ketika pandemi melanda. CWR 1.0 dijalankan dengan fokus utama untuk meningkatkan cash and liquidity. Pada April 2021 digulirkan CWR 2.0 dengan skema kerja berbasis pengendalian anggaran dan central planning. CWR 3.0 yang baru dirilis pada Agustus 2022 kemarin, menambahkan 3 workstream lain yaitu ESG, risiko keuangan, dan manajemen aset.
Dengan melakukan pendalaman dan memperluas transformasi bisnis, pada tahun 2020 Cash War Room dapat merealisasikan cash release sekitar Rp20 triliun dan tambahan cash release sekitar Rp7 triliun di tahun 2021. Kenaikan EBITDA di tahun 2021 sekitar Rp6 triliun dapat terealisasi yang merupakan hasil dari intervensi dan fokus pada perbaikan KPI.
Pada tahun 2020, sebagai respon terhadap kondisi pandemi yang mana PLN dihadapi dengan uncertainties, PLN memulai program transformasi dengan pengembangan yang selalu dilakukan hingga saat ini telah memiliki 29 breakthrough, di mana 21 breakthrough terkait dengan digitalisasi. Digitalisasi program transformasi PLN mulai dari hulu sampai ke hilir, mulai dari pengelolaan energi primer yang terintegrasi dengan sistem digital dari Ditjen Minerba, pembangkitan, EAM transmisi dan distribusi, sampai pelayanan pelanggan.
"Hingga akhir 2021, tercatat Aset PLN sebesar Rp1.610 triliun, dengan besaran belanja operasional (OPEX) Rp323 triliun dan belanja modal (CAPEX) sebesar Rp60 triliun. Oleh karena itu, kami harus bisa mengelola aset tersebut dengan memperhatikan keseimbangan antara risk and return melalui penerapan GRC,"ujar Sinthya.
Menurut Sinthya, keberhasilan integrasi GRC dalam program CWR tidak terlepas dari dukungan tim yang dinamis, kolaboratif dan kinerja unggul. Diperlukan mindset terkait financial sustainability serta pengambilan keputusan yang cepat, tepat dan aman untuk dapat memastikan penerapan GRC berjalan secara optimal.
Keynote Speaker GRC Summit 2022, Former Principal, Global Leader GRC of Delloite Consulting & President of Business Solution Inc Lee Dittmar menyebutkan, terdapat three persistent theme yang harus diperhatikan ketika pertama kali berbicara GRC. Tema pertama adalah Integrated GRC, yang berarti kapabilitas GRC terintegrasi ke korporasi dan menjadi bagian dari strategi dan visi perusahaan, tema kedua adalah yang sangat penting, yaitu Leverage Technology, proses GRC akan sulit dilakukan tanpa teknologi khususnya di perusahaan besar, dan terakhir adalah pursue value. "GRC tidak akan menambah biaya sama sekali bila dilakukan dengan benar,"tegas Lee.
GRC adalah sesuatu yang dapat diimplementasikan dalam operasional perusahaan sehari-hari, bahkan di perusahan besar dengan kompleksitas seperti PLN dan terlihat hasilnya melalui peningkatan kinerja keuangan. Tanpa disadari PLN telah mengimplementasikan Three Presistence Theme GRC seperti yang disebutkan Lee. "Semakin tinggi pencapaian tujuan PLN dalam menjalankan bisnis, menunjukkan three persistence theme GRC bekerja dengan baik,"tutup Sinthya.(adv/anf)