Satu Keluarga Dibantai, 2 Tewas

Ekonomi-Bisnis | Sabtu, 30 Juni 2012 - 08:23 WIB

PEKANBARU (RP)- Kota Pekanbaru kembali geger. Satu keluarga pengusaha sawit yang beralamat di Jalan M Yamin Nomor 47 A, Kecamatan Senapelan, Pekanbaru bersimbah darah setelah dibantai, Jumat (29/6) pagi kemarin.

Korban Sukiman (46) alias Amin tewas mengenaskan di lantai 3. Pada bagian perutnya ada bekas tusukan benda tajam. Tak jauh dari jasad Sukiman, ada istrinya Aliang (32) dan kedua anaknya Jefri (14) serta Tomi (18), dengan posisi terkapar dan bersimbang darah. Ketiganya kritis. Bahkan, Tomi nyawanya tak tertolong dan menghembuskan nafas di rumah sakit.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Berdasarkan informasi yang dihimpun, menurut seorang saksi mata Ujang, kejadian terjadi pagi, sekitar pukul 07.00 WIB. Penjual rokok ini menceritakan, ia mendengar suara Jefri meminta tolong dari lantai dua. Kebetulan kedainya berada di dekat ruko berlantai tiga milik korban.

‘’Ada orang melambai-lambai dari lantai 2. Ia berteriak minta tolong. Badannya bersimbah darah,’’ jelas Ujang.

Saat itulah, beberapa warga yang berada di sekitar lokasi ramai mengerubungi pintu depan lantai satu tempat tinggal korban. ‘’Warga lalu ramai-ramai mendobrak pintunya,’’ lanjut Ujang.

Setelah berhasil mendobrak masuk, warga mencoba naik ke atas. Namun, lagi-lagi pintu menuju lantai dua juga terkunci. Warga sendiri akhirnya menghubungi pihak kepolisian dan memberitahukan kejadian tersebut.

Setelah polisi tiba, pintu di dalam yang terkunci lalu didobrak. Saat petugas berada di lantai tiga, tampaklah pemandangan yang mengerikan.

Sukimin beserta istri, Aliang (32) dan kedua anaknya Jefri (14) dan Tomi (18) terkapar. Saat dilakukan pemeriksaan oleh petugas, Amin sudah tidak bernyawa. Ia ditemukan dalam posisi duduk tersandar mengenakan celana pendek dengan luka pada sekujur tubuhnya. Diketahui, Amin mengalami luka tusuk dan sabetan di bagian perut dan punggung.

Istri beserta anak korban yang saat ditemukan masih dalam keadaan hidup, segera dilarikan ke Rumah Sakit Santa Maria untuk mendapatkan pertolongan atas luka-lukanya.

Akibat peristiwa ini, lingkungan di sekitar rumah korban mendadak ramai. Warga berkerumun untuk melihat apa yang terjadi. Pihak kepolisian sendiri tampak berjaga di depan lokasi kejadian dan dipasangi polisi (police line).

Salah seorang tetangga korban yang enggan disebutkan namanya kepada Riau Pos mengatakan, sehari-hari ia tidak terlalu mengenal korban. Namun yang ia tahu, korban adalah pengusaha sawit yang dahulunya berbisnis pada bidang seluler.

Tomi Meninggal

Keluarga korban tampak sangat kehilangan atas kejadian ini. Pantauan di ICCU Rumah Sakit Santa Maria, beberapa keluarga korban tampak berkumpul. Mereka menolak diwawancarai dengan alasan masih trauma dan berduka atas apa yang menimpa Amin.

Sementara anak korban, Tomi akhirnya meninggal dunia sekitar pukul 11.00 WIB setelah mendapatkan perawatan. Ia menderita luka tusukan parah pada bagian leher, perut robek akibat tusukan benda tajam.

Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Drs R Adang Ginanjar kepada wartawan mengatakan, dugaan sementara pembunuhan ini terjadi karena dendam.

‘’Korbannya satu orang tewas di lokasi dan satu lagi di rumah sakit setelah mendapatkan perawatan. Untuk sementara diduga motifnya balas dendam. Karena barang-barang di dalam rumah korban itu tidak ada yang hilang,’’ ujar Kapolresta.

Diungkapkan Kombes Pol Adang, dari informasi yang diperolehnya, korban beserta keluarga berencana pindah dalam waktu dekat. Hal ini diperkuat juga dengan barang-barang korban yang sudah tersusun rapi. Sementara itu, seorang pembantu dan supir korban berinisial MR menghilang beserta mobil Nissal X Trail BM 777 SW setelah kejadian. ‘’Pelaku saat ini masih dalam pengejaran,’’ kata Adang.

Mobil korban yang hilang saat kejadian ditemukan terparkir kosong di Jalan Karet sekitar pukul 10.30 WIB. Belum diketahui siapa dan berapa orang yang membawa mobil tersebut hingga tiba di sana. Diduga mobil itu belum lama ditinggal, karena mesinnya masih hangat saat ditemukan.

‘’Kami lagi ngopi sekitar pukul 08.00 WIB tadi. Pas mau kerja, mobil itu sudah ada. Saya tidak lihat siapa yang memarkirkan,’’ papar Nasir (42), seorang tukang parkir di Jalan Karet, Pekanbaru.

Setelah polisi turun ke lokasi, mobil itu lalu diderek ke Mapolresta Pekanbaru.

Sementara di tempat berbeda, Kabid Humas Polda Riau, AKBP Syarif Pandiangan SH mengatakan, dari kasus-kasus pembunuhan yang terjadi di Pekanbaru, ia menyimpulkan bukan karena tingkat kriminalitas yang meningkat, namun lebih ke arah dendam pribadi.

‘’Diduga karena dendam pribadi. Jadi tak terdeteksi oleh polisi,’’ kata Pandiangan.

Pelaku Dikenal Korban   

Kriminolog, Syahrul Akmal Latif menilai, peristiwa ini terjadi karena korban sudah menjadi target pelaku. ‘’Pelaku ini orang yang dikenal korban. Seolah-olah dibuat seperti perampokan, tapi berlatar dendam,’’ jelasnya.

Menghadapi kasus seperti ini, Syahrul mengatakan pengungkapan kasus seharusnya tidak terlalu lama.

Sementara itu, gaya eksekusi pelaku dengan melukai semua anggota keluarga, menurut Syahrul merupakan upaya menghilangkan jejak. ‘’Sadis tidak sadis itu tergantung. Intinya pelaku melakukannya dalam keadaan sadar. Jadi proses menghilangkan jejak ini justru yang sadis. Hal seperti itu tidak bisa dilakukan sendiri, karena orang bisa melakukan apa saja ketika situasi memaksa,’’ paparnya.

Sementara Kasmanto Rinaldi SH MSi, Ketua Jurusan Kriminologi Fisipol UIR menilai, seringnya kasus pembunuhan di Kota Pekanbaru menunjukkan pengendalian masalah sosial di Pekanbaru sangat rendah.

‘’Pengendalian sosial dan pencegahan terjadinya tindak kekerasan dan pembunuhan sangat rendah sekali,’’ ujar Kasmanto.

Disebutkan Kasmanto, dalam strategi pencegahan, ada pencegahan dengan pendekatan masyarakat berupa penyadaran-penyadaran melalui penyuluhan-penyuluhan hukum.

‘’Nah ini yang tidak tersentuh sama sekali, sehingga masyarakat lebih beringas dan tidak berpikir mengenai dampak bagi dirinya sendiri,’’ kata Kasmanto.

Disebutkan Kasmanto, seharusnya peluang-peluang terjadinya tindak kriminal tersebut sudah terdeteksi dari awal dengan melakukan pemetaan.

‘’Siapa-siapa saja yang berpotensi melakukan tindak kriminal seharusnya sudah terlihat sejak awal,’’ kata Kasmanto.

Semestinya saat ini pihak berwenang sudah mulai memetakan siapa saja yang berpotensi melakukan tindak pidana. Sebagai contoh, terhadap para pelaku tindak pidana yang masih buronan atau mantan napi.

‘’Orang-orang ini berpeluang melakukan kejahatan lebih sadis lagi jika tidak dipantau,’’ kata Kasmanto.

Krisis Akhlak

Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) sangat menyayangkan tingginya tingkat kriminalitas di Pekanbaru akhir-akhir ini. Sebelumnya, kasus-kasus pembunuhan mencuat, bunuh diri, kejahatan geng motor.

Kasus-kasus itu terjadi menurut Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), H Tenas Effendy  karena krisis akhlak. Sehingga menurut Tenas, perilaku yang muncul adalah perilaku yang tidak lagi sesuai dengan norma-norma agama dan adat istiadat budaya Melayu Riau.

‘’Inilah yang terjadi. Sehingga muncul kasus kriminalitas dan pembunuhan yang merisaukan warga Kota Pekanbaru,’’ ungkap Tenas kepada Riau Pos, Jumat (29/6).(ali/rul/dac)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook