JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Mengambil alih kepemimpinan Twitter tampaknya benar-benar menguras tidak hanya energi dan emosi Elon Musk. Lebih dari itu, akuisisi Twitter oleh Elon Musk juga bikin keuangan eksekutif SpaceX dan Tesla itu menyusut. Harta kekayaan Elon Musk dilaporkan turun drastis.
Sejak membeli saham pada Januari tahun ini, lalu secara resmi mengakuisisi Oktober lalu, kekayaan bersih Elon Musk anjlok bersamaan dengan ‘drama Twitter’. Kekayaan Elon Musk sebelumnya dilaporkan mencapai lebih dari USD 338 miliar (berkisar Rp5,3 kuadriliun) tahun lalu menjadi USD 139 miliar (berkisar Rp2,1 kuadriliun) hari ini.
Jika demikian, berarti penurunan kekayaan Elon Musk mencapai lebih dari USD 200 miliar atau berkisar Rp3,1 kuadriliun lebih. Secara angka, tampak juga bahwa penyusutan kekayaan ini tidak main-main. Dilansir dari ITHome, Elon Musk diketahui tidak memiliki uang tunai sama sekali.
Sebagai ‘karyawan yang tidak dibayar”Tesla, pengeluaran pribadi dan investasi bisnis Musk bergantung pada pinjaman yang diperoleh dengan menggadaikan saham Tesla. Sekarang harga saham Tesla juga turun yang jelas situasi ini akan menjadi lebih sulit Elon Musk.
Tidak hanya kemampuan pembiayaannya sangat berkurang, tetapi metode sebelumnya menghasilkan uang dengan meminjamkan saham juga menjadi tidak dapat dipercaya. Jika Musk dapat meminjam USD 13 miliar pada bulan April dengan menggadaikan hanya 40 persen saham Tesla, sekarang dia harus menggadaikan semua saham Tesla miliknya untuk meminjam begitu banyak uang.
Susutnya kekayaan Elon Musk ini juga akan lebih jauh mempengaruhi situasi utang Twitter yang baru saja dia operasikan. Dengan kata lain, ketika harga saham Tesla bocor, tidak hanya valuasi Musk tetapi juga emampuan perputaran modalnya ikut turun.
Seperti juga sudah diberitakan sebelumnya, harga saham Tesla memuncak pada November tahun lalu, tetapi mulai menurun secara bertahap setelah Musk mulai berencana membeli Twitter. Pekan lalu saja, harga saham Tesla turun 18 persen. Pada 2022, harga saham Tesla turun sekitar 65 persen, dan nilai pasarnya juga dimana anjlok sekitar USD 700 miliar.
Namun, dampak penurunan nilai pada Musk tidak sesederhana kurangnya uang. Untuk satu hal, kemampuan Musk untuk mengandalkan saham Tesla untuk meningkatkan modal dengan cepat memburuk karena harga saham turun.
Ini juga terkait dengan kebiasaan investasi Musk. Dia sendiri tidak memegang uang tunai dalam jumlah besar tetapi menjual atau meminjamkan saham Tesla dan menggadaikannya ke bank dengan imbalan pinjaman margin.
Pada saat yang sama, saat saham naik, dia bisa mendapatkan lebih banyak keuntungan. Namun, saat harga saham Tesla anjlok, rutinitas meminjam uang ini justru menjadi beban tambahan bagi Elon Musk.
Contoh akuisisi Twitter, misalnya. Setelah menyelesaikan akuisisi Twitter senilai USD 44 miliar, Musk awalnya berencana menggunakan ‘saham hipotek’ rutin lamanya untuk menyelesaikan transaksi. Namun, investor memiliki beberapa kekhawatiran dan tidak menyetujui pendekatan ini.
Dengan demikian, Elon Musk harus membatalkan program pinjaman margin dan sebagai gantinya menjual saham Tesla dengan imbalan lebih banyak uang, menguangkan sekitar USD 39 miliar saham. Dan, karena kemampuan pembiayaan dan pinjaman Musk yang rendah, untuk mengakuisisi Twitter, dia harus menanggung hutangnya.
Elon Musk menjual sejumlah saham untuk membayar pajak (sekitar USD 11 miliar) dan uang tunai untuk Twitter (sekitar USD 25 miliar). Selain itu, dia juga meminjam USD 13 miliar dari bank dan mengumpulkan dana investasi (sekitar USD 5,2 miliar) dari berbagai tempat untuk akhirnya menyelesaikan kesepakatan Twitter.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman