JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Ciputra memang telah berpulang. Namun, jaringan bisnis yang dinaungi Ciputra Group tetap berjalan seperti biasa. Tidak ada yang berubah. Hal itu dipastikan oleh putri sulung almarhum, Rina Ciputra Sastrawinata, kemarin.
”Kami mempertahankan bentuk organisasi yang sekarang. Seperti diketahui, ayah saya sudah menjabat sebagai komisaris utama, lalu Dirut adalah Candra Ciputra. Jadi, tidak ada perubahan pada struktur organisasi,” tutur dia dalam konferensi pers di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, kemarin (28/11).
Dengan kondisi itu, kerajaan bisnis Ciputra dipastikan tetap kukuh. Seperti diketahui, selain meninggalkan istri, 4 anak, 4 menantu, 10 cucu, 4 cucu menantu, dan 7 cicit, Pak Ci –sapaan Ciputra– juga meninggalkan warisan kerajaan bisnis. Hingga akhir hayatnya, pria yang bernama lahir Tjie Tjin Hoan itu masih tercatat sebagai komisaris utama PT Ciputra Development Tbk.
Selama ini, Ciputra berperan memberikan saran dan arahan untuk proyek-proyek yang akan dikerjakan. Sebagai komisaris utama, Ciputra dijuluki sebagai creative navigator. ”Meskipun secara bisnis tidak berubah, kami jelas kehilangan seorang creative navigator,” sambung Rina dengan suara bergetar.
Generasi ketiga Ciputra yang juga direktur Ciputra Residence, Nararya Ciputra Sastrawinata, menambahkan, tidak akan ada hambatan dalam pengembangan proyek-proyek berikutnya. Bahkan, pihaknya sudah mempersiapkan beberapa rencana. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk diluncurkan. ”Generasi penerusnya sudah bersiap dan bekerja sebaik mungkin,” kata putra ketiga pasangan Budiarsa Sastrawinata-Rina Ciputra itu.
Rina melanjutkan, sebelum Pak Ci mengembuskan napas terakhir pun, tak ada pesan-pesan khusus yang ditinggalkan untuk keluarga. Namun, nilai-nilai integritas yang selalu dipegang erat terus membekas di keluarganya. ”Ayah saya itu seorang mentor, seorang guru. Setiap kali bertemu, selalu ada pesan-pesan khusus yang memotivasi kami semua,” imbuh perempuan 64 tahun itu.
Sebelum tutup usia, Pak Ci sempat dirawat di rumah sakit Singapura selama 42 hari. Dua hari sebelum kepergiannya, Ciputra juga masih bisa diajak berdiskusi. Menurut Rina, tak ada penyakit serius yang diderita sang ayah. ”Ayah meninggal karena usia. Seperti Anda semua tahu, ayah sudah berusia 88 tahun,” jelasnya.
Saat Jawa Pos mendatangi Gleneagles Hospital Singapore yang menjadi tempat Ciputra tutup usia, pihak rumah sakit enggan membeberkan penyakit dan lamanya perawatan. Salah satu resepsionis yang ditemui menyatakan bahwa hal itu adalah privasi pasien.
Menurut informasi yang Jawa Pos dapatkan, Ciputra mengalami pneumonia. Penyakit itu adalah inflamasi pada paru-paru. Biasanya, penderita mengalami batuk berdahak hingga sulit bernapas. Penyebabnya bisa virus maupun bakteri. Hal itu juga dibenarkan oleh Harun Hajadi, menantu Ciputra. ”Iya, Pak Ci kena pneumonia, infeksi paru-paru,” kata dia kepada Jawa Pos kemarin (28/11).
Semasa hidup, Ciputra dikenal sebagai sosok pekerja keras, pribadi yang sederhana, dan pengusaha properti ulung. Senior Director Ciputra Group Tanan Herwandi Antonius menceritakan, Ciputra adalah sosok pimpinan yang mau menolong siapa pun.
Suatu ketika Antonius yang menemani Ciputra untuk wawancara khusus dengan media nasional disodori potret buruh migran yang sedang berupaya buruh diri. ”Pak Ci saat itu juga langsung meneteskan air mata. Kami semua kaget. Saat itu juga beliau berpesan, kita harus melatih buruh migran,” kenangnya. Sejak saat itu pula Grup Ciputra memutuskan untuk melatih buruh migran. Program tersebut telah berlangsung delapan tahun.
Antonius juga terkejut ketika dalam sebuah kesempatan Ciputra mengatakan keinginan lainnya. ”Bapak pernah bilang ke saya, ’Antonius, kamu harus bisa melatih orang paling hina di Indonesia.’ Saya terkejut, lalu dia mengatakan, ’Kamu harus bisa membantu melalui entrepreneurship untuk mantan PSK (pekerja seks komersial, Red) yang sudah tua,’” bebernya. Ternyata, lanjut Antonius, Ciputra menganggap mantan PSK sebagai golongan rakyat yang harus ditolong. Mereka, menurut Ciputra, punya kesempatan untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. ”Rakyat jelata, orang menderita, selalu ada di hati beliau,” katanya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman