Erick Thohir: Akselarasi Transisi Menuju Ekosistem EBT

Ekonomi-Bisnis | Sabtu, 29 Oktober 2022 - 08:50 WIB

Erick Thohir: Akselarasi Transisi Menuju Ekosistem EBT
Menteri BUMN Erick Thohir saat memberikan pengarahan pada kegiatan Northern Sumatera Forum (NSF) II di Hotel Adimulia Medan, Jumat (28/10/2022). (HENNY ELYATI/RIAU POS)

MEDAN (RIAUPOS.CO) - KONDISI bangsa Indonesia saat ini ibarat pohon yang semakin tinggi dengan buah yang semakin banyak, tapi tentu anginnya sedang kencang. Terutama menjelang tahun 2045 yang menjadi puncak potensi ekonomi Indonesia.

Hal ini dikatakan Menteri BUMN Erick Thohir pada kegiatan Northern Sumatera Forum (NSF) II yang diselenggarakan SKK Migas bersama KKKS di Hotel Adimulia  Medan, Jumat (28/10).


Dikatakan Erick, negara akan depresi  menjadi negara maju dengan kekuatan ekonomi terbesar ke 4 dunia ini tidak lama  lagi 20 tahun ke depan. Termasuk transisi menuju energi baru terbarukan sebagai dari negera dunia. Indonesia terus berupaya mengakselarasi transisi menuju ekosistem EBT, baik untuk kendaraan maupun pembangkit energi. "Bagaimanapun proses transisi energi ini perlu dilakukan dengan cermat, kita tidak ingin keputusan gegabah membawa kita pada 2 situasi yang harus kita hindari," tegas Erick.

Menurut Erick, krisis energi seperti di Eropa saat ini diakibatkan proses transisi dan  yang gegabah tanpa perhitungan yang matang antara suplai keperluan energi  nasional bisa saja mengakibatkan suatu negara  mengalami krisis energi yang dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi. "Itu pun bisa terjadi di Indonesia sebagai negara yang sedang tumbuh- tumbuhnya," papar Erick.

Kehilangan kedaulatan atas energi tidak ingin Indonesia sekadar menjadi konsumen energi bersih atau hanya sekadar produsen, sehingga Indonesia tergantung dengan suply chain ini. Indonesia harus bisa memastikan mandiri dan industri membangun ekosistem saling menguntungkan. "Dan tentu kita yang menentukan dari transisi ini, untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat," tegasnya.

Saat ini pemerintah terus memacu produksi migas nasional untuk mengurangi ketergantungan impor, di sisi lain Pertamina berkolaborasi dengan para pemain migas global dan pengembangan teknologi energi karbon capture storange untuk menanggulangi emisi karbon dan penggunaan energi fosil dalam proses transisi menuju energi bersih. BUMN sebagai penggerak sepertiga ekonomi nasional berperan sebagai penopang ekosistem tersebut.

"Target kami adalah  mewujudkan transisi Indonesia bersih dengan menurunkan hingga 29 persen pada tahun 2030 atau 2040 sesuai degan blue print yang kita lakukan BUMN juga telah mendorong inisiatuf strategis untuk mendukung upaya decabornisasi menuju Indonesia yang net zero emission 2060 antara reliable  deveploment memulai energi transision mekanisme dimana terdapat program percepatan penghentian dini PLTU batu bara selain itu dilakukan upaya peningkatan  kapasitas energi terbarukan termasuk tenaga panas bumi surya bio dan hydro selain itu kami melakukan pengebangan bisnis ekositem Electric Vehicle (EV)  yang juga dilakukan penyiapan bahan baku untuk industry battery EV menjadi Indonesia sebagai pusat manucfacturing EV  dan investitas massif dengan kolaborasi dengan pemain global untuk memproduksi baterai listrik di Indonesia dan juga membangun ekositem EV  baterai ini apakah reycycle baterai charging stasion.

"Ini kesempatan yang terbuka untuk private sektor pemerintah daerah dan lain menjadi bagian pening dalam ekosistem ini unuk memastkan ekosistem ini dalam berjalan BUMN memerlukan dukungan dan kolaborasi banyak pihak baik dengan pihak swasta, pemda hingga kalangan akademisi, praktisi ataupun Timteng yang fokus energi baru dan terbarukan. Sebagai warga ekonomi dunia kita memilih komitem nyata dalam pengembangan EBT namun harus mewujudkan pemerataan pembangunan  dan akses energi agar tidak ada bangsa kita atau anak bangsa kita tertinggal dari laju peradaban," tutup Erick.

Sementara itu, Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut Rikki Rahmat Firdaus menjelaskan, NSF II pada hari pertama menghadirkan begawan migas Soebroto yang mengatakan industri migas tidak lagi sebagai sunset tetapi menjadi sunrise.

Pada hari pertama juga berlangsung CEO forum sebagai ajang silaturahmi antara pemerintah daerah dan SKK Migas dan KKKS. Pada sesi terakhir hari pertama diingatkan industri migas low carbon. "Hari kedua, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda perlu dilakukan sinergi dengan badan-badan usaha swasta dan pemerintah lainnya. Sinergi SKK Migas bersama KKKS membangun ketahanan migas nasional," ujar Rikki.(esi)

Laporan HENNY ELYATI, Medan









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook