JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mengaku, wabah pandemi Covid-19 telah menggerogoti kinerja bisnis mereka tahun ini. Sebab, daya beli masyarakat di pusat belanja mengalami penurunan yang sangat signifikan. Dampaknya para pelaku usaha tak sanggup bertahan. Bahkan, banyak pelaku usaha yang harus mengambil keputusan pahit seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
“Kondisi usaha pusat perbelanjaan semakin bertambah buruk akibat daya beli masyarakat yang merosot sangat tajam,” ujarnya Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat APPBI, Alphonzus Widjaja dalam konferensi pers secara virtual, Senin (28/9).
Alphonzus Widjaja mengungkapkan, para pelaku usaha khususnya pusat perbelanjaan Indonesia akan mengalami resesi terlebih dahulu, sebelum pemerintah mengumumkan secara resmi resesi ekonomi nasional. Hal itu lantaran tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan merosot tajam selama beberapa bulan terakhir akibat pembatasan operasional demi menekan angka penyebaran Covid-19.
“Awal bulan depan Pusat Perbelanjaan Indonesia harus memasuki masa resesi ekonomi dalam kondisi usaha yang sedang terpuruk,” tuturnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO). Banyak anggota HIPPINDO yang berguguran akibat tak mampu menutupi biaya operasional.
Pihaknya berharap, pemerintah dapat segera memberikan bantuan berupa stimulus atau subsidi lantaran sudah sangat sulit bagi mereka untuk bangkit. Sebab. Jika tidak segera diberikan bantuan maka akan semakin banyak anggota APPBI yang bertumbangan dengan penutupan gerai-gerai, dan pemutusan kerja karyawan secara massal.
“Sektor pendukung ritel terdiri dari berbagai ekosistem dari hilir ke hulu, mulai dari Industri, Produsen hingga jutaan UKM yang menjadi supplier maupun binaan ritel, vendor, pergudangan, logistik atau pengiriman, pusat perbelanjaan, dan lain-lainnya, apabila sektor ritel terdampak maka ekosistem di dalamnya juga akan terdampak,” tutupnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman