JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Indonesia diprediksi bisa merebut posisi sebagai pasar mobil terbesar di Asia Tenggara jika Thailand terus menghadapi krisis politik. Beberapa produsen otomotif Jepang yang ada di Negeri Gajah Putih itu sudah ancang-ancang merelokasi investasinya ke Indonesia.
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengaku sudah berbincang dengan beberapa petinggi produsen otomotif Jepang. Dia menyebut, sebagian besar investor otomotif di Thailand sudah mulai khawatir krisis politik bisa merembet ke industri otomotif.
"Mereka sudah bicara dengan saya. Yang pasti beberapa merek terkenal," ujarnya kemarin (28/1).
Para produsen otomotif dari Negeri Sakura tersebut mengaku kondisi politik di Thailand tidak bisa diprediksi sehingga bisa sewaktu-waktu menjadi bom waktu. Karena itu, mereka ingin menjajaki potensi investasi di tanah air.
"Mereka punya rencana investasi beberapa tahun ke depan di Thailand. Tapi kalau situasinya tidak kondusif, mereka siap lari ke Indonesia," sebutnya.
Indonesia dengan populasi empat kali lebih besar daripada Thailand, diprediksi bisa merebut posisi sebagai pasar mobil terbesar di Asia Tenggara dalam beberapa tahun mendatang. Apalagi produsen otomotif dunia sudah mempunyai fasilitas penunjang produksi.
"Kita sangat siap kalau mereka mau merelokasi rencana investasinya dari Thailand ke Indonesia," ungkapnya.
Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Darmadi mengatakan, pada umumnya industri lebih mempertimbangkan kondisi jangka panjang sebuah negara untuk berinvestasi.
"Investasi itu sifatnya jangka panjang. Sebab, balik modal bikin pabrik itu minimal setelah delapan sampai sembilan tahun," tukasnya.
Menurut Budi, Indonesia cukup nyaman menjadi tempat tujuan investasi karena memiliki beberapa faktor pendukung. Seperti kestabilan politik, pertumbuhan ekonomi yang bagus, pembangunan infrastruktur yang terus meningkat, serta sumber daya manusia (SDM) yang relatif murah.
"Faktor-faktor itu penting bagi sebuah industri yang ingin berinvestasi di suatu negara," tambahnya.
Jika gonjang-ganjing politik di Thailand menganggu proses produksi dan distribusi otomotif, Indonesia bisa mendapatkan berkah. Dalam waktu dekat yang bisa terjadi adalah peningkatan ekspor mobil utuh (completely built-up/CBU) dari Indonesia. "Bisa saja Indonesia mengisi pasar ekspor yang ditinggalkan Thailand kalau kondisinya terus memburuk," kata dia.
Apalagi ekspor mobil dari Indonesia tahun ini ditarget 200 ribu unit atau meningkat dibanding tahun lalu sebanyak 180 ribu unit.
"Beberapa mobil produksi Indonesia sudah diekspor ke berbagai negara. Seperti Daihatsu Grand Max yang diekspor ke Jepang, namanya berubah menjadi Toyota Town Ace. Suzuki juga ekspor ke Pakistan dan Asia Tengah," jelasnya. (wir/oki)