Manajemen Garuda Sebut Tiket Pesawat Lebih Murah dari Taksi dan Ojol

Ekonomi-Bisnis | Sabtu, 28 Desember 2019 - 11:04 WIB

Manajemen Garuda Sebut Tiket Pesawat Lebih Murah dari Taksi dan Ojol
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Fuad Rizal, di Jakarta, Jumat (27/12). (Romys Binekasri/JawaPos.com)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Banyak konsumen mengeluh harga tiket pesawat mahal. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menjelaskan, harga yang ditetapkan sudah sesuai regulasi tarif batas atas (TBA). Harga tiket pesawat Garuda juga disebut lebih murah dari tarif ojek online jika dihitung per kilometernya (km).

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Garuda Indonesia, Fuad Rizal mengatakan, dilihat dari regulasi tarif batas atas (TBA) masing-masing transportasi umum, untuk pesawat kelas ekonomi TBA-nya sudah di bawah ojek online.


"Ini bisa dilihat sendiri TBA masing-masing transportasi. Kalau pesawat yang diatur itu kelas ekonomi," ujarnya di Garuda City Center Jakarta, Jumat (27/12).

Fuad menerangkan, rata-rata TBA pesawat full service carrier (FSC) sebesar Rp 2.500 per km per penumpang. Sementara itu, TBA ojek online ditetapkan Rp 2.600 per km per penumpang. Sedangkan, TBS taksi sebesar Rp 6.500 per km per penumpang.

"Jadi, biar mengerti semua. Memang secara industri, tarif penerbangan di Indonesia sudah sangat murah," tuturnya.

Fuad menyebut, dalam menentukan harga tarif tiketnya, perseroan menetapkan di level paling atas ketentuan TBA. Adapun saat ini untuk rata-rata tarif tiket pesawat maskapai pelat merah berada di 85 persen, sedangkan anak usahanya yaitu Citilink sebesar 70 persen.

"Soal harga, dari 2016 Garuda hanya menjual 60 persen dari tarif range-nya. Citilink 30 persen di bawah. Sehingga secara rata-rata Garuda kenaikan harganya 25 persen, Citilink 40 persen setiap tahunnya," terangnya.

Fuad memandang, saat ini persaingan industri penerbangan sudah tidak sehat. Sehingga, banyak perusahaan maskapai yang gulung tikar. Dia juga menyebut, kalaupun ada maskapai untung besar, itu dikarenakan tarifnya hanya 60 persen dari TBA.

"Jadi, pilihannya kalau tetap di 60 persen, industri bisa rusak dan mati karena memang sejak 10 tahun lalu lebih dari 15 airlines tutup karena kompetisinya udah enggak sehat," pungkasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook