JAKARTA (RP) - Pemerintah kembali berupaya memaksimalkan penggunaan bahan bakar nabati (BBN) untuk transportasi. Kali ini pemerintah bakal mendorong transportasi udara untuk memanfaatkan produk yang akrab disebut biofuel tersebut. Proyek tersebut diproyeksi bakal terealisasi 2016 nanti.
Langkah tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM dengan Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan kemarin (27/12). Dalam kerja sama itu kedua belah pihak bakal memulai penelitian dan penyiapan regulasi dan pengawasan terhadap penerapan aviation biofuel.
“Saat ini isu penggunaan energi fosil dan perubahan iklim menjadi perhatian bersama. Karena itu pemerintah telah berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional pada 2020,” ujar Menteri Perhubungan E E Mangindaan di Jakarta, Jumat (27/12).
Pada tahap awal itu, Indonesia memproyeksi penyaluran bioavtur mencapai 95 ribu kiloliter (kl). Itu dihitung dari dua persen campuran biofuel terhadap total proyeksi kebutuhan avtur 2016 sebanyak 4,8 juta kl. “Pada 2017 penyaluran bioavtur ditargetkan 175 ribu kl dengan mem-blending 3 persen biofuel pada avtur. Kami memprediksi pada tahun 2020 kebutuhan avtur mencapai 5,8 juta kl,” katanya.
Sementara itu Direktur Jenderal (Dirjen) EBTKE Rida Mulyana mengharapkan kerja sama tersebut bisa berjalan lancar. Menurut dia, fakta pemanfaatan energi baru terbarukan yang masih mencapai 5 persen perlu disayangkan. Padahal potensi bahan baku BBN di Indonesia cukup besar. “Saat ini Indonesia memiliki potensi bahan bakar nabati terbesar kedua setelah Brasil,” ujarnya.
Dia menambahkan, langkah tersebut juga memungkinkan Indonesia menjadi hub (pusat) penerbangan lalu lintas udara internasional. Namun hal tersebut hanya bisa terwujud jika Indonesia bisa menyediakan bioavtur untuk keperluan penerbangan domestik maupun internasional. Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, semua pihak yang terkait siap mendukung realisasi proyek tersebut. Salah satunya pembangunan pabrik pengolahan bioavtur. “Ini kan memberi pesan supaya pabriknya segera dibuat. Pemerintah komit ke sana. Kami mendorong Pertamina membuatnya,” ujarnya.
Menteri Perhubungan E E Mangindaan mengatakan lagi, Indonesia bakal menjadi negara pertama yang menerapkan regulasi mengenai pemakaian biofuel. Saat ini, baru beberapa maskapai tingkat dunia yang pernah menggunakan biofuel. Misalnya, Lufthansa, Continental Airlines, dan KLM. “Kami menargetkan bisa mencampur 5 persen pada 2025. Rencana ini baru kami rekomendasikan oleh badan penerbangan dunia. Selain itu, kami juga akan melakukan pemanfaatan energi terbarukan untuk bandara sebanyak 7,5 megawatt pada 2020,” tambahnya.(bil/sof/sar)