Riau Pos Online - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum maksimal menangkal sindikat peredaran obat ilegal di pasar. Peredaran obat ilegal kian marak dan didominasi oleh obat seks.
Sebanyak, 66 jenis obat terdiri dari 40 jenis produk ilegal senilai Rp 150 juta kembali disita. Peredaran obat ilegal ini didominasi obat seks, seperti disfungsi ereksi, empat jenis perangsang wanita/female libido drugs, empat jenis anestesi lokal.
Selanjutnya delapan jenis obat tradisional penurun berat badan dan dua jenis suplemen makanan ilegal. Serta sembilan jenis produk kategori lainnya, yang bisa membahayakan kesehatan sampai pada kematian.
Obat pelangsing misalnya, terdapat bahan kimia yang dilarang. Jika dimakan, efek samping yang muncul adalah jantung berdebar, gangguan ginjal, kejang, insomnia dan sebagainya.
Kepala BPOM Lucky S Slamet mengatakan, maraknya peredaran obat ilegal menjadi ancaman serius bagi kesehatan dan keselamatan masyarakat.
“Masyarakat diminta untuk lebih waspada terhadap produk obat-obatan ilegal di pasar. Obat tersebut bisa mengancam keselamatan jiwa,” warning Lucky dalam jumpa pers soal ‘Hasil Operasi Pangea V Soal Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal’ di Gedung BPOM, Jakarta, Senin (8/10).
Dia mengatakan, praktik penjualan obat ilegal yang paling marak dilakukan saat ini melalui jaringan internet. Penjualan obat ini lebih didominasi oleh obat seks.
”BPOM masih menelusuri lokasi dan produk obat-obat tersebut. Peredaran obat tersebut kebanyakan dari produk China yang ramai didagangkan via internet,” katanya.
BPOM pun me-warning pelaku usaha bidang farmasi agar mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam memasarkan obat-obatan.
BPOM juga minta masyarakat jika menemukan peredaran obat ilegal yang dilakukan pelaku usaha farmasi, baik konvesional dan online, segera dilaporkan.
“Obat yang dijual secara online selama ini mayoritas terbukti palsu. Kandungan zat aktifnya dikurangi, dicampur dengan zat tepung dan itu membahayakan kesehatan,” jelas Lucky.
Berdasarkan hasil penyelidikan Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat, suplemen makanan yang dijual untuk mengatasi disfungsi ereksi mengandung sildenafil, kandungan aktif dalam Viagra yang bisa menyebabkan kebutaan hingga penyakit jantung.
Sementara obat-obatan lain yang dijual online mengandung bahan obat berbeda, seperti antibiotika metronidazole dan obat kesuburan clomiphene. Meskipun mengandung bahan aktif yang memang sesuai, obat disfungsi ereksi tidak diberikan dalam dosis tepat.
Direktur Utama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (RSCM-FKUI) Dr Akmal Taher menyatakan, mahalnya harga obat yang dijual di pasar diduga turut andil dalam beredaran obat palsu.
”Obat ilegal bisa memiliki kandungan zat aktif farmasi atau memiliki dosis zat aktif yang salah, sehingga tak memberikan manfaat lebih pada tubuh,” cetus Akmal.
Masyarakat sebagai konsumen, diminta untuk berhati-hati dalam membeli obat. “Cara terbaik bagi konsumen untuk mendapatkan akses obat asli, yakni membeli obat sesuai resep di apotek dan dokter. Buat apa beli obat murah, tapi membahayakan kesehatan,” kata Akmal.(rmol/jpnn)