EKONOMI BISNIS

2016, Pelaku Usaha Masih Cemaskan Ekonomi Global

Ekonomi-Bisnis | Minggu, 27 Desember 2015 - 19:38 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO)-Pelaku usaha di Indonesia dan daerah diharapkan tetap berhati-hati mengantisipasi melemahnya daya beli, ekspor dan nilai tukar (kurs) rupiah. Pasalnya, ketidakpastian ekonomi global diprediksi masih akan berlanjut pada 2016 dengan sumber gejolak yang sama seperti 2015.

"Negara-negara maju masih sulit melakukan perbaikan fiskal dan moneter, karena sempitnya ruang fiskal dan beban utang mereka. Ini yang kita khawatirkan bisa memengaruhi kondisi perekonomian dunia dan Indonesia pada 2016,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Dia menyebut perekonomian Indonesia 2016 masih dibayang-bayangi resiko ketidakpastian ekonomi global.

”Yang patut diwaspadai seperti kapankah suku bunga The Fed akan dinaikkan. Lalu harga minyak apakah tetap di bawah 60 dolar AS atau di atas 60 dolar AS, rendahnya harga komoditas, serta tetap harus hati-hati melihat perekonomian Tiongkok,” tanyanya.

Secara umum Hariyadi melihat prospek ekonomi 2016 akan lebih baik dibandingkan 2015. Apalagi pemerintah telah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi yang akan mendorong pertumbuhan industri. Namun hal itu dinilai belum cukup kuat api belum cukup mendongkrak ekonomi secara signifikan. ”Prediksi tahun depan ekonomi tumbuh 5,5 persen,” ujarnya.

Proyeksi itu, kata dia, cukup moderat karena telah mempertimbangkan kondisi ekonomi global yang belum membaik dan reformasi ekonomi di dalam negeri yang hasilnya baru akan terasa di semester dua 2016.

”Semua paket kebijakan ekonomi harus sudah terealisasi di awal 2016. Kalau perlu tambah lagi tahun depan yang fokus mendongkrak daya beli,” sarannya. Pihaknya khawatir jika pemerintah gagal melakukan akselerasi daya beli masyarakat maka industri akan kembali terpuruk. Sebab pada saat kinerja industri menurun dan beban biaya produksi menurun maka pengusaha akan memilih melakukan efisiensi.

"Kalau ekonomi lesu yang kena pertama tentu buruh karena mereka bisa kena PHK (pemutusan hubungan kerja)," tegasnya.

Laporan : jpnn

Editor    : Aznil Fajri









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook