PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Komoditi kelapa sawit telah menjadi fenomena di Riau, di satu sisi berkembangnya perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan perubahan ekologi dan kultur sosial di Riau. Komoditas perkebunan di Riau yang semula di dominasi karet dan kelapa beralih ke kelapa sawit bahkan kini cenderung menjadi monokultur.
Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKMR) Muhammad Herwan mengatakan, akibat dari dominasi kelapa sawit, juga terdapat berbagai dampak dari penambahan luas lahan perkebunan kelapa sawit tersebut, antara lain permasalahan ekologis berupa kebakaran hutan dan lahan serta asap.
"Di sisi lain, komoditi kelapa sawit dengan CPO sebagai satu di antara produk industrinya, telah menjadi andalan devisa non-migas untuk pembiayaan pembangunan setelah devisa dari sektor migas sudah mulai menurun, sehingga komoditi industri kelapa sawit dijadikan prioritas dan dan industri strategis nasional," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, terhadap fenomena perkebunan kelapa sawit dan industri kelapa sawit yang dijadikan andalan strategis dan prioritas industri nasional, FKMR telah melakukan diskusi-diskusi terbatas dan dalam waktu dekat akan merumuskan “Pokok-pokok Pikiran” yang akan disampaikan kepada Gubernur dan bupati/wali kota serta pihak-pihak terkait lainnya.
"Adapun fokus dari pokok-pokok pikiran tersebut antara lain menggali potensi komoditi kelapa sawit sebagai sumber utama pendapatan asli daerah," sebutnya.
Dari beberapa diskusi pendahuluan, demikian Herwan, ternyata masih banyak potensi industri komoditi kelapa sawit yang belum digarap secara serius oleh pemerintah daerah. Selain potensi DBH Perkebunan (khususnya pajak ekspor CPO) yang sejak beberapa tahun diperjuangkan oleh daerah (patutnya diperjuangkan secara intensif dan bersinergi bersama komponen masyarakat).
"Kemudian terdapat potensi PAD lain yang dapat dilakukan oleh daerah, yakni dari benih dan bibit kelapa sawit, apatah lagi saat ini tengah di galakkan program peremajaan (replanting) sawit rakyat," ujarnya.
Laporan: Soleh Saputra (Pekanbaru)
Editor: E Sulaiman