JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia, Cina dan Amerika Serikat (AS) masih terus berlanjut. Perseteruan itu, rupanya berdampak terhadap perusahaan di negaranya masing-masing.
Meski demikian, apparel raksasa asal AS, Nike, mengaku tidak terdampak atas perang dagang kedua negara. Perusahaan berlogo ceklis itu mengakui saat ini masih terus berkembang seiring terjadinya perang dagang. Hal itu tercermin pada meningkatnya saham Nike sebesar 8 persen pada perdagangan pekan lalu.
Seperti dikutip dari Forbes, Selasa (25/12), Kepala Keuangan Nike, Andy Campion menyebut capaian itu sekaligus meredakan kekhawatiran bahwa perang tarif AS-Cina akan merusak permintaan di Cina.
“Nike terus memenangkan (hati) konsumen di Cina,” kata Andy.
“Meskipun ada ketidakpastian akhir-akhir ini mengenai hubungan AS-Cina, kami belum melihat adanya dampak pada bisnis kami. Kami optimis tentang potensi kami untuk terus memberikan pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, dan sangat menguntungkan dalam geografi penting ini,” tambahnya.
Di sisi lain, bisnis perusahaan juga masih terus tumbuh seiring permintaan yang juga meningkat. Amerika Utara yang menjadi pangsa pasar terbesar Nike, berhasil mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 9 persen seiring banyaknya permintaan terhadap produk sepatu dan pakaian. Tidak hanya itu, penjualan Nike juga naik di Eropa sebesar 14 persen.
Secara keseluruhan, total pendapatan perusahaan pada 30 November naik 10 persen, menjadi 9,4 miliar dolar atau Rp136,3 triliun (kurs 14.500).
Selain itu, Nike juga mengakui penjualan secara digital melonjak 41 persen. Melihat potensi itu, Nike meklakukan ekspansi dengan melakukan penjualan di sejumlah situs e-commerce raksasa seperti Amazon juga tersedia di Jet.com.(hap/jpg)