Belanja Iklan Naik 25 Persen

Ekonomi-Bisnis | Senin, 26 Agustus 2013 - 08:51 WIB

JAKARTA (RP) - Menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2014, para kandidat dari partai politik pun mulai berlomba-lomba mengenalkan diri kepada masyarakat melalui media iklan.

Pada pertengahan tahun ini tercatat belanja iklan pemerintah dan partai politik memberi kontributor terbesar.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Sehingga belanja iklan media pada semester pertama ini naik 25 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan survei yang dilakukan lembaga independen Nielsen Indonesia pada semester I ini belanja iklan mencapai Rp51,2 triliun.

Nilai itu naik 25 persen dibanding peride yang sama tahun lalu yakni Rp40,9 triliun. Kontribusi terbesar yakni iklan pemerintah yakni mencapai Rp2,72 triliun atau naik 56 persen dibanding tahun lalu.

Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Harris Thajeb berkata, menjelang Pemilu 2014, saat ini belanja iklan untuk kampanye sudah dimulai.

Pada momen seperti itu agen iklan lebih mendahulukan iklan pemerintah dibanding iklan lainnya karena  nilainya sangat besar dan intensitasnya tinggi.

‘’Dan dipastikan itu akan semakin meningkat hingga akhir tahun. Kami akan manfaatkan ini untuk mencapai target tahun ini,’’ jelasnya saat dihubungi pada JPNN. Tahun lalu belanja iklan mencapai Rp119 triliun atau naik 22 persen dibanding 2011.

Tahun ini P3I memprediksi belanja iklan bisa tembus Rp124 triliun. Setelah iklan pemerintah, kategori iklan yang mendominasi yakni produk dan jasa telekomunikasi (Rp2,26 triliun), produk perawatan rambut (Rp2,19 triliun), iklan CSR perusahaan (Rp2,15 triliun), serta produk kopi dan teh (Rp 1,62 triliun).

Dari data tersebut Harris mengungkapkan, terdapat penurunan nilai pada beberapa produk seperti iklan telekomunikasi dan rokok. Dia memperkirakan penurunan itu diakibatkan oleh regulasi pemerintah.

Seperti yang diketahui pada Januari 2013 lalu pemerintah telah mengeluarkan PP Tembakau. Dalam beleid tersebut membatasi iklan rokok, sehingga produsen rokok mulai mengurangi biaya iklan di media televisi.

Sedangkan untuk produk dan jasa telekomunikasi, Maret lalu Kementerian Komunikasi dan Informasi telah mengeluarkan guidance perusahaan telekomunikasi dalam beriklan.

‘’Meskipun masih menjadi sektor terbesar belanja iklan, iklan telekomunikasi mengalami tren penurunan sekitar 10 persen,’’ katanya.

Sedangkan menurit jenis medianya, iklan di media televisi berkontribusi sekitar 68 persen lalu diikuti oleh media cetak sekitar 30 persen.  

Secara nilai, iklan di media cetak khususnya koran naik 15 persen atau mencapai Rp15,5 triliun. Harris mengatakan, di tengah perkembangan media online, kepercayaan perusahaan terhadap media koran masih sangat besar.

‘’Koran dan televisi masih menjadi media utama yang dianggap efektif dalam berpromosi. Sedangkan media digital masih banyak yang belum yakin apakah itu cukup ampuh dalam strategi marketing,’’ katanya.

Dia menambahkan iklan di media digital tumbuh 100 persen per tahun, tapi tetap belum bisa mengejar iklan di media koran dan televisi.(uma/fas)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook