Laporan helfizon assyafei, Pekanbaru helfizon@riaupos.co
Prospek investasi di Riau cukup cerah dan menjanjikan. Hal ini terlihat dari alokasi kredit perbankan untuk sektor ini. Dari Rp57 triliun alokasi proyek yang disalurkan perbankan tercatat 40 persen untuk kredit investasi, 30 persen kredit modal kerja dan 30 persen kredit konsumsi.
“Ini artinya banyak investor yang berminat menanamkan modalnya di Riau dan ini bagus bagi perekonomian,” ujar Pemimpin Bank Indonesi Pekanbaru Mahdi Mohammad.
Hal itu diungkapkannya dalam coffee morning yang ditaja Kadin Riau di kantornya, Selasa (25/6).
Hadir pada kesempatan itu sejumlah pengusaha, UKM, lembaga keuangan serta anggota Kadin Riau lainnya. Acara yang dipandu moderator Direktur Eksekutif Kadin M Herwan juga dihadiri langsung oleh Ketua Umum Kadin Riau, Junianto Rahman.
Dalam paparannya Pemimpin BI Pekanbaru menjelaskan bahwa kondisi ini menunjukkan bahwa Riau menjadi daerah yang diminati untuk berinvestasi.
“Kita melihat besarnya kredit investasi itu termenej dengan baik. Bahkan risiko kredit tercatat masih di bawah syarat minimal 5 persen,” ujarnya lagi. Menurutnya besarnya kredit investasi itu meliputi berbagai sektor. Antara lain sektor perkebunan. “Terutama banyak yang melakukan replanting (penanaman kembali) kebun sawit,” ujarnya lagi.
Selain itu, lanjutnya, BI mencatat setiap tahun mengeluarkan uang baru yang dicetak mencapai total Rp14 triliun.
“Ini artinya masih banyak masyarakat kita yang gemar bertransaksi tunai. Di sisi lain masih kurangnya masyarakat menggunakan jasa perbankan sehingga uang tunai masih banyak beredar,” ujarnya lagi.
Menurutnya idealnya setengah dari uang tunai itu saja yang beredar. “Kalau kondisi ini tercapai artinya peran lembaga keuangan seperti bank berhasil menyerap dana yang beredar di masyarakat,” ujarnya lagi.
Sejumlah pertanyaan peserta mengemuka antara lain adanya perjanjian yang dipaksakan oleh bank terhadap pengusaha kecil yang dikeluhkan oleh seorang pengusaha yang hadir.
Menanggapi hal itu Mahdi menjelaskan bila mengalami hal itu silakan melapor ke BI karena di BI memiliki divisi khusus memediasi persoalan yang muncul dalam menggunakan jasa keuangan bank. “Transaksi di bawah Rp500 juta silakan melapor ke kami kami akan bantu mediasi,” ujarnya lagi.
Terkait cerahnya prospek investasi BI memotivasi pengusaha yang memiliki modal untuk mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). “Modalnya sekitar Rp5-6 miliar,” ujarnya lagi.
Hal itu mendapat tanggapan dari para peserta yang hadir dan dinilai masih terlalu tinggi. Mahdi kemudian menjelaskan bahwa jika BPR masih berat maka dia menyarankan membuka lembaga jasa keuangan mikro.
“Untuk lembaga keuangan mikro mungkin lebih terjangkau karena modal awalnya dapat dimulai dengan Rp10 juta,” ujarnya lagi.(zed)