JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Lesunya perekonomian negara-negara maju membuat Indonesia kian kuat muncul di radar investor. Aliran hot money atau modal asing jangka pendek pun diperkirakan bakal membanjiri Indonesia tahun ini.
Ekonom yang juga Kepala Dewan Penasihat Mandiri Institute Chatib Basri mengatakan, langkah Jepang dan beberapa negara Eropa mematok suku bunga negatif serta belum adanya tanda-tanda bank sentral AS (The Fed) kembali mengerek suku bunga, membuat investor bakal mengincar negara yang masih memberi imbal hasil tinggi.
"Karena itu, akan ada capital inflow (arus modal masuk) ke Indonesia," ujarnya di seminar The Economist Event di Jakarta Kamis (25/2/2016).
Indonesia memang menjanjikan keuntungan lebih dibanding pasar uang atau pasar modal negara-negara lain. Indikatornya antara lain adalah imbal hasil surat utang atau obligasi yang masih di atas 8 persen. Juga, nilai saham perusahaan papan atas yang potensial naik seiring perbaikan ekonomi serta inflasi yang rendah. "Kalau arus modal masuk, rupiah bakal menguat," kata mantan menteri keuangan tersebut.
Banjir modal asing tahun ini bakal menjadi menghapus catatan kurang menggembirakan tahun lalu. Data statistik Neraca Pembayaran Indonesia yang dirilis Bank Indonesia (BI) menunjukkan, aliran modal masuk sepanjang 2015 tercatat hanya 16,7 miliar dolar AS (sekitar Rp225 triliun), anjlok dibanding realisasi 2014 yang mencapai 26 miliar dolar AS (sekitar Rp360 triliun).
Optimisme bakal membanjirnya aliran modal asing juga muncul dari Bank Sentral. Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Solikin M. Juhro menyebut, dana asing tersebut kemungkinan bakal banyak membidik instrumen obligasi atau surat utang negara (SUN). "Perkiraan capital inflow tahun bisa dua kali lipat dari tahun lalu (sekitar 33 miliar dolar AS atau setara Rp440 triliun)," ucapnya.
Menurut Solikin, kepercayaan investor terhadap Indonesia memang membaik tahun ini. Apalagi, pemerintah, BI, maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus melakukan perbaikan melalui berbagai paket kebijakan. Dari sektor riil, realisasi pembangunan berbagai proyek infrastruktur serta perbaikan layanan investasi, juga menjadi perhatian investor. "Itu semua menguatkan sentimen positif investor terhadap Indonesia," jelasnya.
Namun, banjir modal asing ini juga dinilai ibarat pedang bermata dua. Chatib Basri menyebut, mayoritas modal tersebut akan masuk ke pasar modal sehingga sifatnya jangka pendek atau biasa disebut hot money (uang panas). "Hati-hati karena ini hot money, bisa kembali (keluar) kapan saja," ujarnya.