SINGAPURA (RIAUPOS.CO) – Schneider Electric terus mengembangkan bisnis di Indonesia. Salah satu pasar potensial yang disasar adalah rumah sakit. Keperluan kesehatan, lonjakan pasien, dan pertumbuhan fasilitas kesehatan (faskes) menjadi pendorong pertumbuhan usaha.
Berdasar data Schneider Electric Indonesia, ada 40 rumah sakit yang sudah menjalin kerja sama hingga saat ini. Sebagian besar berada di Pulau Jawa. Angkanya ditargetkan terus bertambah setiap tahun.
”Tahun ini ada sepuluh rumah sakit yang kami bantu,” kata Country Segment Lead Healthcare dan Real Estate at Schneider Electric Indonesia Ferry Kurniawan kepada wartawan JPG di Marina Bay Sand Hotel, Singapura, pekan lalu (21/9).
Kerja sama yang diterapkan pun beragam. Selain pemasangan hardware (peralatan fisik), ada pengoperasian software atau aplikasi operasional. Fery menjelaskan, ada rumah sakit di Indonesia yang sudah menerapkan Eco Struxure Building karya Schneider.
Semuanya dikontrol lewat program digital. Dengan demikian, mereka tidak banyak memakai tenaga kerja untuk operasional atau pelayanan pasien. ”Jadi, kami melihat potensi rumah sakit cukup tinggi,” ujar Fery.
Menurut dia, rumah sakit memerlukan teknologi untuk mengamankan peralatannya. Mereka tidak ingin alat medis yang bernilai tinggi rusak gara-gara listrik byar-pet. Selain itu, Fery menambahkan, bahwa rumah sakit memerlukan penghematan dalam pemakaian listrik.
Contry President Indonesia Schneider Electric, Xavier Denoly menegaskan, perkembangan usaha di Indonesia sangat baik. Selain pasar, perusahaannya mengembangkan pabrik. Ada ekspansi di wilayah Batam.
Pabrik dibangun secara bertahap. Rencananya, perusahaan tersebut memproduksi komponen listrik untuk pasar luar negeri. Ada seribu pekerja yang terlibat dalam pembangunan. ”Soal pasar dan investasi, tentu kami melihat iklim ekonomi di Indonesia,” jelasnya.
Meski begitu, Xavier tak menampik soal berkembangnya bisnis di Indonesia. Saat ini Indonesia berkontribusi 33 persen terhadap penjualan di Asia Tenggara.(*/c25/fal/jpg)