KOTA (RP) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Pekanbaru baru mulai turun untuk memantau gas elpiji tiga kilogram. Seperti diketahui, dua pekan terakhir terjadi lonjakan harga terhadap harga elpiji bersubsidi. Harga eceran tertinggi (HET) Rp14.000 per tabung, tetapi di tingkat pengecer wilayah Pekanbaru dijual mencapai Rp17.000 per tabungnya.
Atas kenaikan harga tersebut Disperindag Pekanbaru intens melakukan pengawasan distribusi gas elpiji tiga kilogram tersebut. ‘’Tim yang turun (ke pengecer),’’ ujar Kepala Disperindag Kota Pekanbaru El Sabrina kepada Riau Pos, Selasa (24/9). Tidak dijelaskan secara rinci hasil Sidak tersebut. Namun yang pasti turunnya tim tersebut untuk menghasilkan survei tim. Hasil tersebut dapat dijadikan data untuk membuat kebijakan Disperindag.
Gas elpiji tiga kilogram tersebut ditargetkan untuk masyarakat miskin. Di mana pemerintah pusat telah mengkonversi minyak tanah ke gas elpiji tiga kilogram. Dengan penggunaan elpiji tiga kilo tersebut diharapkan pemerintah dapat menjangkau ekonomi kelas bawah, di mana berpenghasilan rendah. Namun praktik di lapangan distribusi gas elpiji tidak seperti yang diharapkan pemerintah.
Penjual eceran gas elpiji tiga kilogram banyak menjual elpiji subsidi tersebut dengan harga melebihi HET. Meski Disperindag Pekanbaru sudah mengetahui kenaikan harga elpiji tiga kilogram, tetapi tidak ada tindakan dengan segera untuk menstabilkannya kembali. Padahal sudah dua kali dinaikkan harganya tetapi belum kunjung normal.
‘’Setahun terkahir ini sudah dua kali naik harga elpiji tiga kilogram. Tahun 2012 lalu harganya mencapai Rp16.000 dan tahun ini (2013) naik lagi menjadi Rp17.000. Jika pemerintah serius mengawasi konversi dan distribusi gas elpiji tiga kilogram, tentu tak seperti ini jadinya. Akhirnya orang miskin yang kena dampaknya lagi,’’ ungkap salah satu warga Jalan KH Ahmad Dhalan Ainul Safwan.(ilo)