JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Produksi semen di Indonesia menunjukkan angka surplus jika dibandingkan dengan keperluan di pasar domestik. Berdasar data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), kapasitas produksi semen nasional tahun ini tercatat 100 juta ton. Konsumsi semen masih tercatat 60 juta–68 juta ton dan berupaya didorong untuk kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong peningkatan konsumsi semen melalui beberapa proyek yang sedang berjalan. Misalnya, pembangunan infrastruktur, properti, dan manufaktur. ’’Karena itu, kami berkoordinasi dengan kementerian terkait seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta instansi lainnya,’’ ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Senin (23/7).
Langkah lain, Kemenperin mengarahkan industri-industri di dalam negeri yang menggunakan bahan baku clinker untuk menyerap produksi lokal. Upaya itu dilakukan guna mengurangi impor produk serupa. ’’Mekanisme yang kita bisa lakukan selanjutnya adalah bea masuk antidumping (BMAD),’’ kata Airlangga.
Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso menyebut, lonjakan kapasitas produksi industri semen terlihat sejak 2015. Menurut dia, peningkatan itu disebabkan banyak beroperasinya pabrik baru yang dibangun, baik oleh investor dalam negeri maupun luar negeri.
Widodo menjelaskan, growth industri semen 2011–2012 tercatat cukup tinggi. Yakni, lebih dari 10 persen. Hal tersebut memicu proyeksi investor yang menganggap pertumbuhan akan tetap terjadi di atas 10 persen sehingga saat itu banyak investor yang masuk membangun dan mengekspansi produksinya. ’’Ada jumping kapasitas dari 80 juta dari tiga tahun lalu menjadi 110 juta tahun ini,’’ ungkapnya, kemarin.
Di sisi lain, ASI mencatat ada penurunan permintaan 11 persen di pasar domestik pada Juni lalu. Penurunan itu membuat kelebihan pasokan makin terasa. ’’Apalagi, pada 2020 masih ada dua pabrik semen yang bakal dibangun. Perlu perhatian dari pemerintah mengenai izin pabrik baru ini,’’ tuturnya.
Dengan kondisi tersebut, pemerintah dan pelaku usaha siap mendorong industri semen di dalam negeri untuk mengambil peluang pasar ekspor. ’’Meski kalau ekspor itu return-nya lebih rendah, akan kita dorong. Sekarang di Vietnam posisinya sama, oversupply karena Indonesia punya pabrik di sana,’’ jelas Airlangga.
ASI berharap paduan peningkatan serapan pasar domestik ditambah ekspor mampu menjadi solusi oversupply. Dengan memperluas pasar ekspor, ASI menargetkan total clinker dan semen tahun ini 4 juta–4,5 juta ton.
Penjualan Domestik Turun, Jual via Online
Penjualan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) pada semester pertama ini mencapai 13,3 juta ton atau tumbuh 3 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama 2017. Tetapi, jika di-breakdown, penjualan domestiknya turun 1,2 persen daripada tahun sebelumnya. Yaitu, dari 11,9 juta ton menjadi 11,8 juta ton tahun ini.
Kepala Biro Komunikasi Perusahaan Semen Indonesia Sigit Wahono mengatakan, saat ini kondisi industri semen di tanah air mengalami oversupply. Tetapi, pihaknya telah memiliki beberapa strategi untuk menghadapi hal tersebut. Di antaranya, penguatan industri turunan semen seperti beton, precast, dan board.
Pihaknya juga berupaya meningkatkan daya saing melalui berbagai produk dan layanan serta mendongkrak penjualan melalui lini e-commerce. ”Kami sekarang mengembangkan aplikasi e-commerce sendiri untuk Semen Indonesia,” ujar Sigit.
Menurut dia, respons masyarakat cukup baik terkait pemasaran lewat online. Sistem pemasaran tersebut dianggap sangat efektif untuk menghadapi kompetitor yang belakangan semakin agresif menggarap pasar semen di tanah air. ”Harga kami melalui e-commerce juga akan sangat kompetitif karena menggunakan jalur logistik anak perusahaan kami sendiri yang sudah punya jaringan,” katanya.
Emiten dengan kode perdagangan SMGR tersebut juga memperkuat pasar ekspor demi meningkatkan kinerja bisnisnya. Diketahui, penjualan ekspor SMGR pada semester pertama ini tumbuh sangat signifikan. Yaitu, berhasil naik 53,5 persen dibanding tahun lalu. (agf/c14/oki/jpg)