JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kondisi ekonomi domestik yang cenderung terkendali membuat rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di angka 5,75 persen.
Stabilitas ekonomi, antara lain, tecermin dari kinerja neraca perdagangan September yang cukup positif dengan surplus 0,23 miliar dolar AS setelah beberapa kali mencatat defisit. ’’Selain itu, inflasi masih terkendali pada level yang rendah dan stabil,’’ papar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di gedung BI, kemarin (23/10).
Dia menguraikan, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September mengalami deflasi 0,18 persen. Deflasi tersebut terutama bersumber dari kelompok volatile food. Sedangkan inflasi inti melambat dan inflasi kelompok administered prices tercatat stabil. ’’Dengan perkembangan tersebut, inflasi secara tahunan mencapai 2,88 persen (YoY), menurun dari 3,20 persen (YoY) pada bulan sebelumnya,’’ sambungnya.
Kemudian, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dinilai masih terjaga meski mengalami depresiasi. Dia memaparkan, tekanan depresiasi rupiah pada September 2018 dan kemudian berlanjut pada Oktober 2018 sejalan dengan pergerakan mata uang negara setara.
Rupiah secara rata-rata melemah 2,07 persen pada September 2018 dan sedikit melemah pada Oktober 2018. Dengan perkembangan itu, secara year-to-date (YtD) sampai 22 Oktober 2018, rupiah terdepresiasi 10,65 persen. ’’Ini masih lebih rendah daripada pelemahan yang terjadi di Brazil, India, Afrika Selatan, dan Turki,’’ tambahnya.
Stabilitas sistem keuangan juga tetap terjaga. Hal tersebut disertai intermediasi perbankan yang meningkat dan risiko kredit yang terkelola baik. Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan tetap tinggi, yakni 22,8 persen, dan rasio likuiditas masih aman, yaitu 18,3 persen pada Agustus 2018.
Selain itu, rasio kredit bermasalah (NPL) tetap rendah, yaitu 2,7 persen (gross) atau 1,3 persen (net). Untuk pertumbuhan ekonomi, Mirza mengakui akan terjadi kontraksi pada kuartal ketiga. Karena itu, ekonomi diprediksi tidak akan tumbuh sekuat triwulan sebelumnya.
Berdasar sejumlah pertimbangan tersebut, BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) dipertahankan 5,75 persen. Kemudian, suku bunga deposit facility 5,00 persen dan suku bunga lending facility 6,50 persen.
Ekonom BCA David Sumual menilai, BI berusaha mempertahankan capaian pertumbuhan ekonomi dengan menahan suku bunga acuan. Namun, BI masih punya peluang untuk kembali menaikkan suku bunga. Setidaknya hingga Desember mendatang, BI diprediksi menaikkan suku bunga acuannya 50 basis poin. ’’Karena The Fed sampai Desember nanti peluangnya menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin,’’ ujarnya.(ken/rin/c5/oki/jpg)