JAKARTA(RIAUPOS.CO)– Jajaran direksi baru PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk diminta segara tancap gas. Ada banyak pekerjaan rumah yang harus segera dirampungkan. Mulai permasalahan finansial seperti utang, keharmonisan internal, sampai peremajaan armada.
Soal utang, misalnya. Pengamat penerbangan sekaligus anggota Ombudsman RI Alvin Lie mengungkapkan, utang jatuh tempo Garuda pada tahun ini sekitar 500 juta dolar AS. ”Itu tidak memungkinkan dibayar dengan modal atau hasil bisnis. Pasti dibayar dengan utang lagi sehingga harus cari utang yang lebih murah dari utang lama,” ujar Alvin.
Yang tak kalah penting, lanjut Alvin, komisaris dan direksi Garuda Indonesia harus bisa mengharmoniskan kondisi internal perusahaan. Seperti diketahui, pada masa kepemimpinan Ari Ashkara sebagai direktur utama, karyawan, termasuk awak kabin, cenderung terkotak-kotak. ”Ini tentu saja tidak sehat,” tegasnya.
Kedua, perbaikan layanan. Garuda akan memastikan layanan sesuai ekspektasi. Feedback dari pelanggan akan dijadikan basis perbaikan. Ketiga, menyangkut soal profit, pihaknya sudah merancang sejumlah rencana. Namun, dia memastikan tak akan ada penambahan anak-cucu perusahaan.
Menyangkut sumber pendapatan di luar ticketing dan kargo, Irfan mengatakan masih terlalu dini untuk melihat possibility-possibility additional di luar hal itu. Pihaknya masih terus berdiskusi lebih lanjut. ”Tapi, tentu saja solusinya bukan menciptakan anak usaha baru. Itu klir,” tegasnya.
Soal tarif, belum ada rencana untuk menurunkan besarannya dalam waktu dekat. Namun, dia menjanjikan bakal ada review dari waktu ke waktu supaya tarif bisa lebih mendekati harapan pelanggan. Hal tersebut juga bakal sejalan dengan urusan trayek. Belum ada perubahan mengenai trayek-trayek dari perusahaan pelat merah itu. ”Kita akan umumkan jika ada perubahan. Tapi, saya ingin sampaikan, untuk rute yang selama ini dilayani Garuda, belum mengalami perubahan apa pun,” ungkapnya.
Disinggung soal pengadaan armada baru, Boeing 737-Max, Direktur Keuangan dan i, kita pastikan akan mengambil sikap tidak ambil sisa (Boeing 737-Max, Red),” Manajemen Risiko Garuda Fuad Rizal menjelaskan, sisa pengadaan sudah dibatalkan. Saat ini pihaknya sedang negosiasi dengan Boeing untuk kemungkinan ganti tipe. ”Taptegasnya.
Menyoal pendanaan utang, diakui Fuad, di rapat umum pemegang saham (RUPS) luar biasa ada agenda untuk mengeluarkan pendanaan sebanyak USD 900 juta. Namun, rencana tersebut harus tertunda lantaran Garuda masih dalam proses audit keuangan yang verifikasinya kurang dari enam bulan. ”Upaya pendanaan masih sesuai rencana perseroan,” jelasnya.
Editor : Deslina
Sumber: Jawapos.com