Kampar Siap Jadi Sentra Bawang Merah

Ekonomi-Bisnis | Senin, 23 Desember 2013 - 10:17 WIB

Kampar Siap Jadi Sentra Bawang Merah
PANEN BAWANG: Bupati Kampar H Jefry Noer bersama Wakil Ketua DPRD Kampar Eva Yuliana, Kabalitsa Kementan Liperdi Lukman, Ketua Dewan Bawang Indonesia Sunarto, Anggota DPD RI Hj Maimanah Umar, Danrem 0313/WB Brigjen TNI Prihadi Agus Irianto, Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST MT, saat panen perdana bawang merah di Sei Geringging, Kecamatan Kampar Kiri, Sabtu (21/12/2013). Foto: Humas Pemkab Kampar for Riau Pos.

KAMPAR (RP) - Mimpi Kabupaten Kampar untuk menjadi sentra bawang merah di Sumatera kian terbuka lebar.

Pilot project bawang merah seluas delapan hektare di Desa Sei Geringging Kecamatan Kampar Kiri, ternyata bisa menyuguhkan hasil yang memuaskan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Dua setengah hektare dari luasan tadi, sudah dipanen oleh sejumlah petinggi negeri pada Sabtu (21/12) siang.

Mulai dari Kepala Balai Penelitian Tanaman Sayuran Kementerian Pertanian Liferdi Lukman, Danrem 031/WB Brigjen Prihadi Agus Irianto, Kapolda Riau Brigjen Pol Condro Kirono, dua orang anggota DPD RI Maimanah Umar dan Intsiawati Ayus, anggota DPR RI M Nasir, Wako Pekanbaru Firdaus, Bupati Kampar Jefry Noer, Wakil Ketua DPRD Kampar Eva Yuliana, Kapolres Kampar AKBP Ery Apriono, Dandim 0301 Kampar Letkol Inf Asep Dedi Darnadi dan Dan Yonif 132 Salo Mayor Henryan Indrawira, bersama-sama memanen tanaman bersiung itu.

Dewan Bawang Merah Nasional (DBMN) Lukman mengatakan, hasil panen per hektar dari lahan pilot project itu sama dengan hasil panen per hektare bawang merah yang ada di Jawa pada siklus tanam musim hujan.

‘’Hasil per hektare bawang merah ini antara 8-10 ton. Padahal kita menanam bawang merah ini pada kondisi tanah dan cuaca yang sangat ekstrem,’’ kata Lukman, perwakilan DBMN di Kampar yang sekaligus sebagai pengawas lapangan pilot project bawang merah itu.

Cerita Lukman, semula potencial of hydrogen (pH) tanah bekas padi sawah yang mau ditanami bawang merah itu hanya berada di level 4.

Dengan angka tesebut, tanah tadi masuk kategori asam dan sangat tidak cocok untuk tanaman bawang. Tapi setelah dijejali dolomit, pH tadi rupanya bisa terdongkrak hingga di level 6 lebih.

‘’Setelah pH beres, kita kemudian melakukan pengolahan tanah dan penanaman. Tapi setelah tanam, cuaca yang jadi masalah. Kadang hujan, kadang panas. Yang cenderung sering itu hujan. Sementara bawang merah tak boleh kebanyakan air meski dia sangat butuh air. Inilah yang terus kita antisipasi dan alhamdulillah, hasilnya bagus,’’ ujar Lukman sumringah.

Satu hektare lahan tadi kata Lukman, tak semua ditanami dengan bawang merah. Tanah yang terpakai sekitar 70 persen dari total satu hektare tadi.

Sebab selebihnya digunakan untuk jaluran yang berfungsi untuk stabilisasi air di bedengan tanaman bawang merah.

Lantaran hasil panen untuk sekelas pilot project sangat bagus, Dinas Pertanian dan Peternakan Kampar kemudian membikin program penanaman bawang seluas 110 hektare di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar. Luasan lahan di tiap kecamatan berbeda, tergantung ketersediaan lahan.

‘’Yang pasti, kita tak berhenti pada luasan segitu. Ke depan, kita akan membikin kebun bawang merah seluas 50 hektare di masing-masing kecamatan. Kita musti bisa menjadi sentra bawang di Riau, bahkan di Sumatera,’’ kata Kadis Pertanian dan Peternakan Kampar, Cokroaminoto.(adv/a)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook