SENAPELAN (RIAUPOS.CO) - Usai perayaan Tahun Baru Imlek selama kurang lebih 15 hari, puluhan warga keturunan Tionghoa Pekanbaru melepas ribuan ikan lele ke Sungai Siak. Usai pelepasan, warga setempatpun berhamburan turun ke sungai untuk menjaring ikan lele.
Sungai Siak mendadak ramai diserbu oleh warga sekitar. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa memadati tepian Sungai Siak yang terletak di Jalan Perdagangan tepatnya ditengah jembatan Siak II dan Siak III Kelurahan Kampung Bandar Kecamatan Senapelan. Warga nampak sibuk menangkap ikan lele yang baru saja dilepas oleh warga keturunan Tionghoa Pekanbaru, Senin (22/2).
Sebagian warga ada yang menggunakan jaring ikan untuk menangkap dan sebagiannya menggunakan pancing. Setiap ember yang dibawa warga untuk meletakkan ikan nampak penuh terisi ikan lele. Riki (28) salah seorang warga yang ikut menjaring ikan kepada Riau Pos mengatakan, ikan-ikan tersebut dilepaskan oleh warga keturunan Tionghoa.
“Barusan pak. Jumlahnya banyak sampai ribuan. Setelah dilepas warga langsung berhamburan datang ke sungai untuk ditangkap,”katanya. Dengan bermodalkan satu ember berukuran sedang dan jaring ikan Riki mengaku sudah mendapatkan kurang lebih 20 kilogram ikan lele.
Pelepasan lele tersebut diakui Riki selalu dilakukan warga keturunan Tionghoa Pekanbaru beberapa hari setelah perayaan Imlek.
Hal tersebut menurutnya mendatangkan keuntungan tersendiri warga setempat. Karena selama ini dari hasil menjaring ikan sehari-hari warga belum tentu bisa mendapatkan ikan sebanyak itu.
Hal senada juga diucapkan oleh Yahya (41) warga lainnya yang ikut menangkap ikan lele pada saat itu. Dua ember berukuran besar yang dibawanya nampak penuh terisi ikan lele. Untuk membantunya menangkap ikan ia turut membawa kedua anak laki-lakinya yang masih berumur 6 tahun untuk membantu memasukan kedalam ember.
Dari sungai ia melemparkan ikan keluar, sedang kedua anaknya yang menunggu di daratan dengan cekatan menangkap lemparan sang ayah dan memasukan ke ember.”Lumayan bisa buat dimakan. Kalau berlebih bisa dijual. Kami nelayan, kalau sehari-hari tidak bisa dapat sebanyak ini,” paparnya.
Sementara itu, Tokoh Budayawan Tionghoa Pekanbaru Ket Tjing saat dikonfirmasi Riau Pos menyebutkan, Fang Shen merupakan budaya yang selalu dilakukan oleh warga keturunan Tionghoa beberapa hari setelah perayaan Imlek. Ia menjelaskan Fang berarti melepaskan sedangkan Sheng berarti mahluk hidup. Artinya budaya melepas mahluk hidup lainnya.
Warga keturunan Tionghoa, kata Ket Tjing bercerita selalu diajarkan untuk selalu saling mengasihi dan menghargai sesama mahluk hidup. Tidak terkecuali dengan binatang seperti ikan lele. “Fang Shen juga bisa berarti kepedulian untuk menjaga kelestarian alam.
Yang mana jika alam tempat tinggal kami masih terjaga maka keseimbangan dalam kehidupan juga akan terjaga. Karena tidak dipungkiri, kita manusia juga memerlukan alam sebagai tempat tinggal kita,” jelasnya.(n)