Kredit UMKM Tertekan Kebijakan

Ekonomi-Bisnis | Jumat, 22 November 2013 - 09:00 WIB

JAKARTA (RP) - Pertumbuhan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terancam jeblok.

Salah satu penyebab utamanya adalah agresivitas manuver pengetatan moneter yang dijalankan Bank Indonesia (BI).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Direktur Komersial dan Bisnis Perbankan PT Bank Mandiri Tbk (Tbk) Sunarso mengatakan, tren perlambatan bisnis di sektor UMKM tersebut terlihat dari capaian penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) perseroan.

Hingga periode September 2013, hanya 50 persen KUR yang tersalurkan dari target penyaluran KUR sebesar Rp3,6 triliun.

‘’Tren ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun kami optimistis hingga akhir tahun bisa mencapai target,’’ terangnya Kamis (21/11).

Bahkan, ia menyebutkan, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) pembiayaan KUR bank dengan aset terbesar di tanah air itu mencapai 4,3 persen hingga periode September 2013.

Figur data itu nyaris menyentuh NPL KUR secara industri nasional per Agustus 2013 yang tercatat 4,4 persen.

Menurut Sunarso, adanya pengetatan kebijakan moneter BI telah menekan linkage bisnis UMKM tersebut.

Artinya, industri-industri besar seperti manufaktur dengan basis material impor yang selama ini menggandeng UMKM, tidak lagi atraktif karena sedang menghadapi tekanan.

Akibatnya, sistem linkage UMKM menurun dan beralih pada tren individual.

Padahal, Sunarso menilai, sistem linkage tersebut justru memiliki peran penting untuk mendukung kedisiplinan tata kelola bisnis UMKM. Sebaliknya, karena kredit individual UMKM cenderung tidak taat governance, hal tersebut yang memicu tingginya NPL.

‘’Jadi saya juga berharap kebijakan moneter BI ini seharusnya berjalan simultan dengan pertumbuhan ekonomi,’’ paparnya.

Data BI menunjukkan, penyaluran kredit UMKM tumbuh 21,2 persen menjadi Rp589,3 triliun.

Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan September 2011-2012 yang hanya tumbuh 11,5 dengan outstanding Rp436 triliun.

Untuk diketahui, angka ini hanya mencakup penyaluran kredit bank umum konvensional.

Penyaluran kredit UMKM didorong oleh pengucuran kredit mikro dan menengah yang masing-masing tumbuh 19,6 persen dan 24,5 persen.

Tahun lalu, kredit di segmen itu  masing-masing hanya tumbuh 6 persen dan 15,5 persen. Adapun, kredit kecil tahun ini hanya tumbuh 14,6 persen.

Meski secara tahunan mencatat peningkatan yang cukup signifikan, di medio Juni hingga September 2013, penyaluran kredit UMKM berlangsung stagnan.

Outstanding kredit UMKM pada Juni mencapai Rp583,7 triliun, kemudian hanya mengalami kenaikan tipis pada Juli sebesar Rp583,8 triliun dan pada Agustus justru turun menjadi Rp579,3 triliun.(gal/sof/fas)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook