27 tahun silam, 405 warga transmigrasi yang bermukim di Desa Bina Baru, Kecamatan Kampar Kiri Tengah, Kabupaten Kampar, Riau bertekat untuk membentuk sebuah koperasi. Hanya bermodalkan hasil penjualan lima kilogram ikan asin dari masing-masing anggotanya, pembentukan koperasi itu akhirnya terwujud. Awalnya sempat tertatih, kini koperasi bernama KUD Karya Maju itu berkembang dan berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Laporan LISMAR SUMIRAT, Kampar Kiri Tengah
DESA Bina Baru mayoritas warganya merupakan pendatang transmigrasi umum berjumlah 430 KK (Kepala Keluarga) yang berasal dari Jawa Tengah (Jateng), Jawa Barat (Jabar), Jawa Timur (Jatim).
‘’Pemerintah memberikan kami lima kilogram ikan asin perbulannya untuk lauk pauk. Lalu kami menjualnya seharga Rp2.500 untuk modal pembentukan koperasi. Rp2.000 untuk simpanan pokok. Rp100 simpanan wajib. Rp225 simpanan sukarela. Sisanya Rp175 untuk pembayaran buku anggota,’’ ungkap Ketua Koperasi Unit Desa Karya Maju, Hadi Sudarso ketika berbincang dengan Riau Pos, Rabu (19/6).
Awal pembentukannya, koperasi ini basis usahanya bertumpu dibidang pertanian tanaman pangan utamanya palawija. Hasil pertanian anggotanya, kemudian di pasarkan ke Pekanbaru, ibukota Provinsi Riau yang berjarak sekitar 80 kilometer. Penjualan hasil cocok tanam yang dikoordinir koperasi perlahan mampu meningkatkan nilai jual petani.
‘’Niat awal membentuk koperasi salah satunya adalah memasarkan hasil pertanian agar nilainya lebih tinggi. Alhamdulillah koperasi cukup membantu kami,’’ kata pria kelahiran Kebumen (Jawa Tengah) 9 Juli 1941 lalu ini.
Namun seiring perjalanan waktu, lahan yang dimanfaatkan warga untuk bercocok tanam tidak lagi menjanjikan. Era-1997, sebagian besar anggota KUD Karya Maju mulai beralih ke sektor perkebunan sawit. Peralihan usaha itu baru terwujud pada tahun 1999-2000. Dengan pola KKPA (Kredit Koperasi Primer Anggota) dengan kemitraan pihak ketiga, secara bertahap mulai dibangun kebun kelapa sawit. Kerjasama pembiayaan dengan pihak ketiga tersebut tidak berjalan mulus. Ditengah kondisi perkebunan yang tidak terawat kerjasama pihak ketiga berakhir.
‘’Dalam kondisi keuangan yang sangat memprihatinkan, KUD melakukan pembenahan. Hutan yang ditimbulkan dari kerjasama pembangunan kebun kelapa sawit diansur secara bertahap. Alhamdulillah, April 2011 seluruh hutan berhasil kami lunasi,’’ kenangnya.
Koperasi yang dipimpinnya itu secara bertahap terus menunjukkan perkembangan. Dari modal awalnya hanya Rp941.625 setoran dari anggotanya, kini KUD Karya Maju menjelma menjadi koperasi berkembang. Awalnya hanya satu bidang usaha, kini mengelola Unit Toko/Waserda, Unit Simpan Pinjam, Unit Saprodi, Unit Foto Copi, Perkebunan dan Kredit Usaha Rakyat. Posisi Juni 2013, total asset koperasi ini menembus Rp3 miliar lebih. Anggota koperasi terus bertambah dan kini berjumlah 1.535 anggota.
Kehadiran KUD Karya Maju secara perlahan mendorong peningkatan ekonomi masyarakat. ‘’Pendapatan anggota ada yang Rp2-3 jutaan. Bahkan ada yang lebih dan sudah memiliki kendaraan pribadi. Dulu pada banyak yang merantau mencari kerja ke Pekanbaru, kini sudah kembali berkumpul dengan keluarga di Desa Bina Baru. Kami bangga, tak sia-sia perjuangan pembentukan koperasi ini,’’ ucap Hadi.
Asisten II Bidang Ekonomi Pembangunan Setdaprov Riau Drs Emrizal Pakis MM menyebutkan perkoperasian berperan penting dalam meningkatkan pembangunan ekonomi Riau khususnya pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Gerakan perkoperasian juga telah menunjukkan kemajuannya.
“Kemajuan koperasi di Riau semakin membangkit kepercayaan masyarakat Riau. Koperasi sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi, juga membuka lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan pengentasan kemiskinan di tengah masyarakat,” ujar Emrizal.***