PEKANBARU (RP) - Mulai Juli mendatang, untuk mengawasi dan memonitoring penggunaan bahan bakar minyak (BBM) subsidi dan non-subsidi, setiap kendaraan baik roda dua maupun roda empat akan dipasang chip. Chip juga akan dipasang di setiap SPBU.
Upaya tersebut dilakukan guna meminimalisir kecurangan dengan menerapkan sistem informasi manajemen (SIM) BBM yang memakai alat Radio Frequency Identification (RFID). Di mana setiap kendaraan akan dipasang chip RFID di bagian tangki bahan bakar dan pada SPBU akan dipasang noozle di selang pengisian.
“Sehingga roda empat maupun roda dua yang sudah mengisi tangki penuh, ketika ingin mengisi lagi di hari yang sama sementara jarak tempuh tidak normal, maka selang pengisian akan secara otomatis tidak mengeluarkan bahan bakar,” kata Kepala Biro Administrasi Ekonomi Setdaprov Riau Burhanuddin saat ditanya Riau Pos, Selasa (21/5).
Sistem RFID tersebut dilanjutkan Burhanuddin akan terkoneksi secara otomatis ke seluruh SPBU yang sudah dipasang untuk seluruh daerah di Indonesia. Hal tersebut diakuinya berdasarkan rapat ekonomi dengan Menko Perekonomian bersama seluruh Pemprov se Indonesia beberapa waktu lalu di Jakarta.
Salah satu solusi monitoring pengawasan BBM yang akan digunakan adalah dengan menggunakan sistem tersebut karena dinilai lebih efektif dibanding meletakkan sumber daya manusia (SDM) di setiap SPBU. “Akan berapa banyak SDM yang diposisikan di seluruh SPBU di tanah air. Pemerintah menginginkan RFID tersebut diterapkan sehingga dapat mengantisipasi kecurangan,” lanjutnya.
Apakah sistem tersebut akan diterapkan terhadap seluruh kendaraan di Indonesia? Menurut Burhanuddin, mekanismenya secara teknis sedang dipersiapkan dan disusun pemerintah. Karena leading sektornya adalah Pertamina dan Hiswana Migas yang mengawasi dan menjalankan teknis di lapangan.
Dengan penggunaan SIM BBM memakai RFID tersebut, maka pemerintah berharap kontrol dan pengaturan untuk menekan angka kecurangan BBM subsidi dan non-subsidi sekalipun dapat dicegah.(egp)