JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Perekonomian dunia saat ini tengah terpukul akibat Pandemi Covid-19. Akan tetapi, pemerintah tetap optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini tidak akan mengalami resesi dan diproyeksikan sebesar 2,3 persen, meskipun melemah jika dibandingkan tahun 2019 yang berada di angka 5,02 persen.
Menanggapi proyeksi itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang pun memperkirakan bahwa pada tahun 2020, industri manufaktur hanya akan tumbuh di kisaran 2,5 persen hingga 2,6 persen.
“Industri manufaktur di perkirakan hanya tumbuh di angka 2,5 sampai 2,6 persen,” kata dia dalam diskusi online, Selasa (21/4).
Jika melihat proyeksi dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan hanya tumbuh sebesar 0,5 persen. Kemudian, pertumbuhan industri manufaktur diperkirakan lebih rendah lagi.
“Dalam forecast (proyeksi) terburuk beberapa ahli seperti IMF yang memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,5 persen, kami akan adjust (atur). Berdasarkan itu, growth industri manufaktur tahun ini 0,7 sampai 0,8 persen,” kata dia.
Dengan adanya pandemi ini, Agus menyebutkan bahwa hal tersebut telah menghantam kinerja 60 persen sektor industri sehingga pertumbuhan industri manufaktur akan tertekan. Sektor industri tersebut ialah industri logam, regulator, peralatan listrik, kabel, semen, keramik, kaca, elektronik dan peralatan telekomunikasi, otomotif, karet, mesin, alat berat, pesawat terbang, kereta api, galangan, dan mabel serta kerajinan.
Dia mengelompokkan untuk industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sebagai kelompok industri yang kinerjanya paling tertekan akibat Covid-19. Pasalnya, industri tekstil sudah merumahkan sekitar 1,5 juta karyawan.
Namun, ada juga perusahaan industri TPT yang mampu melakukan diversifikasi produk. Namun, hanya beberapa industri tekstil yang awalnya memproduksi garmen mendiversifikasi produk mereka dan turut memproduksi Alat Pelindung Diri (APD) dan masker. Terdapat empat perusahaan tekstil yang melakukan ekspor dengan nilai sekitar USD 3 miliar.
“Ini PR (Pekerjaan Rumah) bagi kami untuk mempelajari seperti apa struktur perusahaan, alasannya kenapa dalam satu sektor yang sama ada industri yang masih berjaya dan ada yang justru kesulitan,” jelasnya.
Sementara itu, 40 persen sektor industri justru mengalami peningkatan permintaan di tengah pandemi Covid-19. Permintaan industri Alat Pelindung Diri (APD), alat kesehatan dan etanol, masker dan sarung tangan, farmasi dan fitofarmaka, serta makanan dan minuman justru meningkat selama wabah ini.
“Secara umum, berkaitan dengan industri alat kesehatan dan farmasi, sekarang waktu yang baik, yang paling tepat untuk Industri alat kesehatan dan farmasi berkembang, tumbuh, bangkit. Seperti yang saya sebutkan, kami menargetkan dalam jangka menengah, akan menjadi negara mandiri di sektor kesehatan. Artinya industri alat kesehatan, vitamin dan obat juga sudah siap,” imbuh Agus.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman