Briptu Joko Diduga Ikut Pesta Sabu Hasil Penyidikan Den POM

Ekonomi-Bisnis | Rabu, 21 November 2012 - 10:14 WIB

PEKANBARU (RP) - Hasil perkembangan penyidikan Detasemen Polisi Militer (Den POM) 1/3 Pekanbaru terkait  penganiaya Briptu Joko Fabianto (27) cukup mengejutkan.

Dalam pemeriksaan terhadap saksi dan tersangka, disimpulkan bahwa ternyata diduga Briptu Joko ikut terlibat dalam pesta sabu-sabu, Sabtu (10/11) lalu itu.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Hal itu terungkap saat Komandan Detasemen Polisi Militer (Danden POM) 1/3 Pekanbaru, Mayor CPM Donald Siagian memaparkan perkembangan penyidikan kasus yang melibatkan tiga oknum polisi dan empat oknum TNI tersebut, Selasa (20/11) di Aula Makorem 031/Wirabima yang juga dihadiri Danrem 031/Wirabima, Brigjen TNI Teguh Rahardjo.

‘’Sabtu (10/11) siang sekitar pukul 12.00 WIB, korban (Joko, red) datang ke kediaman ZN dan kemudian dia mengajak ZN untuk berpatungan membeli sabu-sabu. Tak lama kemudian, datanglah anggota polisi dari Rohul, FN memberikan barang siap pakai. Korban, ZN, dan FN memakai barang bersama-sama,’’ papar Donald mengungkapkan hasil penyidikan yang dilakukan pihaknya setelah memeriksa sekitar 14 orang saksi.

Setelah mengonsumsi sabu, mereka lalu menghubungi Pratu MY, anggota Batalyon Arhanudse 13/BS untuk membeli sabu-sabu 2,5 gram. ‘’Setelah MY tiba, FN menanyakan dimana barangnya (sabu-sabu, red). MY mengatakan, barang tersebut ada pada bandarnya,’’ lanjut Dan Den POM.

Dilanjutkannya, FN kemudian memberikan uang sebanyak Rp3 juta untuk membeli sabu-sabu tersebut. Setelah menerima uang, Pratu MY lalu pergi membeli. ‘’Tak lama pergi, MY balik membawa sabu-sabu 2,1 gram. Ini sempat dipertanyakan FN kenapa barangnya kurang. Karena diprotes seperti itu, MY pergi lagi mengambil sisa yang dipesan,’’ ujarnya.

Di sini, Joko, ZN, FN dan MY sudah mulai memakai sabu-sabu. Sekitar pukul 18.00 WIB, tibalah IR, anggota Polsek Bukitraya. Ia ikut bergabung untuk kemudian juga memakai sabu-sabu. ‘’Setelah memakai, mereka bubar,’’ kata Donald.

Pesta sabu-sabu yang dilakukan mereka ternyata tak berhenti sampai di sana. Dijelaskan lagi oleh Donald, Ahad (11/11) dini hari sekitar pukul 02.00 WIB, Joko menghubungi ZN, dan mengatakan ingin mengkonsumsi sabu-sabu lagi.

‘’Datanglah ZN dan IR untuk menjemput Joko. Di sana Joko memberikan uang Rp100 ribu kepada ND, dia bilang mau tambah sabu-sabu lagi. Di sini, sudah ada kecurigaan dalam diri ZN dan FN. Karena pada waktu mereka memakai sebelumnya, istri ZN menyampaikan bahwa Joko juga meminjam uang Rp100 ribu padanya,’’ ujarnya.

Dalam pengaruh sabu-sabu, ZN dan FN curiga kepada Joko. Apalagi kemudian MY yang datang kemudian mengatakan bahwa dirinya seperti diikuti dua mobil saat dia pulang dari tempat ZN ke batalyonnya.

Bibit kecurigaan di antara mereka tumbuh semakin besar tatkala, Senin (12/11), ZN dan FN yang sedang memakai sabu-sabu mendengar ada mobil Phanter merah berhenti di rumah ZN. Rasa paranoid pun muncul. ‘’Mereka jadi berpikir bahwa memang akan dikibusi (dibocorkan rahasianya, red) oleh Joko,’’ katanya.

Keganjilan lain kembali dirasakan ZN. Senin siang, sebuah kiriman senjata rakitan tiba ke rumahnya dari kantor pos menggunakan mobil box. Supir mobil box ini menanyakan apakah benar di sana rumah Briptu Jhon Hendrik. ZN menjawab bukan, namun dalam alamat yang dituju tertera memang alamat ZN. Atas saran MY, FN dan IR yang sedang berada di sana, paket itu diterima dan ditandatangani.

Saat dibuka, paket itu berisi senapan rakitan. Alamat senjata itu dari Kediri, Jawa Timur. Senjata ini lalu dirakit oleh IR. Semakin menguatlah pemikiran timbul di antara mereka bahwa Joko, yang paling terakhir dikenal mereka akan membocorkan aktifitas pemakaian Narkoba yang dilakukan mereka.

‘’Muncullah pembicaraan saat itu antara ZN dan FN, untuk memancing Joko kembali ke tempat mereka. Saat itulah, Senin siang sekitar pukul 14.50 WIB, Joko datang berpakaian dinas ke rumah ZN,’’ papar Donald panjang lebar.

Saat tiba dan masuk ke dalam rumah, Joko membuka pakaian dinas yang dipakainya lalu menggantungnya di hanger (penggantung) pakaian, hingga hanya mengenakan baju kaos dan celana pendek saja.

‘’Ditanyalah tentang senjata tersebut oleh ZN. Lalu diterangkan oleh Joko. Ini semakin memperkuat kecurigaan ZN,’’ tambah Donald. ZN lalu coba mengorek informasi tentang Joko. Saat ditanya ZN, Joko mengatakan bahwa ia kelahiran Pasir Pangaraian, lalu mereka bertanya dengan lebih serius dan akhirnya Joko bilang bahwa ia kelahiran Tembilahan. Masih tak percaya, mereka lalu memeriksa identitas Joko, di dalam identitas Joko tertulis bahwa ia kelahiran Pekanbaru.  ‘’Saat itu yang ada di sana adalah ZN, FN dan IR,’’ ungkap Danden POM.

Tak lama berselang, tibalah MY, begitu sampai MY langsung menuduh bahwa Joko yang membocorkan mereka.

‘’ZN lalu memerintahkan pada MY untuk membeli cutter dan jeruk nipis, setelah benda-benda ini dibeli, saat itulah penganiayaan terjadi. FN yang masih tidur, lalu bangun. Begitu bangun ia ikut menghajar, termasuk memberikan jeruk nipis ke tubuh Joko. Ia kesal karena menganggap Joko tidak menghargainya sebagai senior,’’ kata Donald.

Saat penganiayaan berlangsung, aktifitas menggunakan sabu-sabu mereka bukan berarti berhenti. Mereka bergantian ke belakang rumah menggunakan sabu-sabu.

‘’Sore hari datang anggota TNI, Sertu HE, Pratu GS, dan Pratu DN, setelah dipanggil MY. Ketiga orang ini datang ke kamar tempat Joko berada, lalu mereka juga melihat keberadaan korban, menggunakan celana dalam saja, meringkuk. Anggota TNI ini ditarik oleh korban, HE dan GS yang ditarik lalu menendang korban masing-masing sekali. Sedangkan DN hanya melihat,’’ ucap Donald lagi.

Joko yang mengerang kesakitan akibat siksaan yang mendera mulai membuat pelaku penganiayaannya khawatir bahwa suara Joko akan didengar tetangga. Muncullah pemikiran dari ZN dan FN untuk membawa Joko keluar.

‘’Mereka awalnya tidak tahu akan membawa kemana. Lalu ZN mengatakan, untuk membawa ke Danau Sirtu di Jalan Kubang Raya. Mereka membawa menggunakan mobil,’’ kata Donald lagi.

Diungkapkannya, saat membawa ini, GS yang mengemudikan, sedangkan MY mengikuti dari belakang menggunakan sepeda motor. ‘’Di dalam mobil Joko masih disiksa, dia diikat menggunakan safety belt dan ditutup menggunakan jaket. Yang ada di dalam mobil ini, selain GS adalah ZN IR, dan HE,’’ ucap Danden POM.

‘’Mereka sempat berhenti di toko bangunan Bukit Mas Jaya, milik paman ZN. Dia menunjukkan pada pamannya, inilah orang yang mengibusi saya. Di depan pamannya dia masih menyilet korban, sang paman sempat melarang,’’ lanjut Donald.  

Setelah mereka tiba di kolam, penganiayaan kembali berlanjut. Joko sempat kabur, namun berhasil ditangkap mereka lagi dan dicekik. Joko kembali berhasil lari ke kolam. Di sinilah, diberikan samurai pada ZN dan mengejar Joko hingga ke kolam.

‘’Samurai ini sempat jatuh di kolam. ZN lalu berlari ke rumah Jhon, yang menjaga kolam untuk meminjam parang, alasan yang diberikan adalah untuk menangkap penjual ekstasi. Karena yang ada hanya tombak, maka tombaklah yang dipinjamkan,’’ jelasnya.

Masih pada proses penyiksaan ini, MY lalu menjemput senapan angin yang berada di batalyon. Setelah senapan ini tiba, ZN lalu menembaki Joko yang berada di dalam air. selanjutnya, Joko ditinggalkan begitu saja.

Semua pelaku pergi meninggalkan lokasi. GS dan HE lalu mengajak anggota TNI yang ada di sana untuk pergi dan mereka mampir di sebuah tempat minum.  Setelah pergi, FN dan IR kembali lagi ke danau dengan alasan mengambil barang bukti yang tertinggal. Mereka lalu disusul ZN dan HE melihat lokasi. Selasa (13/11) pagi sekitar pukul 06.00 WIB, IR dan FN kembali untuk memberitahukan bahwa baju dinas Koko sudah dibakar.

‘’Sekitar pukul 10.00 WIB pagi itu, ZN lalu ditangkap,’’ imbuh Donald.

Selain penganiayaan, pemeriksaan terhadap Narkoba yang melatarbelakangi permasalahan ini kata Donald juga ditelusuri.

‘’Saat kami memeriksa MY, ternyata ada komunikasi ke handphone miliknya dari lembaga permasyarakatan dengan orang berinisial AL. Tim gabungan reserse kepolisian dan Den POM turun menyelidiki ini, diketahui bahwa AL menjalankan bisnis melalui istrinya. Ini komitmen kita untuk mengusut Narkoba selain Pratu MY,’’ ucapnya.

Hal ihwal Joko hingga mengenal kelompok ini, tak luput dijelaskan juga. Dikatakan Donald, Joko dikenalkan pada ZN oleh MY. ‘’Joko dan MY kenal karena sama-sama pernah dinas luar sejak Ramadan tahun lalu,’’ katanya sambil menyebutkan perkenalan mereka sudah terjalin kurang lebih tiga bulan.

Dalam kelompok ini, kata Donald, Pratu MY merupakan orang yang menggaransi siapa yang bisa ikut masuk ke dalam lingkaran mereka atau tidak. Ia menegaskan, Den POM akan sangat serius menangani permasalahan ini.

Hingga saat ini, sudah empat orang anggota TNI ditetapkan sebagai tersangka terkait penganiayaan terhadap Joko, yakni, Pratu MY, Sertu HE, Pratu GS dan Pratu DN.

‘’DN kita jadikan tersangka karena ia tidak memberikan pertolongan kepada Joko yang nyata-nyata sedang dalam kondisi perlu bantuan seperti itu. Padahal, sebagai aparat dia wajib menolong,’’ kata Donald lagi.

Dikatakannya pula, kemungkinan adanya tersangka baru terbuka lebar, karena seperti yang sudah dikatakannya, penyelidikan kasus ini tidak akan berhenti hingga pada kasus penganiayaan saja, namun sampai pada kasus Narkoba juga tak akan dibiarkan.

‘’Narkobanya juga akan diungkap tuntas. Jika di dalam TNI juga ada yang terlibat, maka akan diproses. Karena terlibat dalam Narkoba merupakan pelanggaran berat bagi TNI. Kita pernah menangani ada oknum berpangkat Serda dituntut enam tahun penjara dan denda Rp1 miliar subsider tiga bulan kurungan. Belum lagi, mereka akan dikenai hukuman tambahan berupa pemecatan dengan tidak hormat,’’ paparnya.

Sementara saat ditanyakan apakah Pratu MY termasuk salah satu bandar dalam kelompok tersebut, dikatakannya bahwa MY, dan ZN punya jaringan masing-masing. ‘’MY ini mengambil barang kepada orang dengan inisial BD yang masih kita kejar. Semua akan kita selidiki,’’ ungkapnya.

Di tempat yang sama, Komandan Korem 031/Wirabima, Brigjen TNI Teguh Raharjo mengatakan, pihaknya tidak akan menutup-nutupi jika ada anggotanya yang terlibat pidana.

‘’Kesalahan oknum tidak menjadikan seluruhnya lantas juga jelek. Kita tidak akan tutupi. Karena, setiap saat kita tekankan pada anggota untuk tidak melakukan hal-hal yang melanggar hukum,’’ kata Danrem.

Sementara itu di tempat berbeda, Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol Drs R Adang Ginanjar melalui Kasat Reskrim, AKP Arief Fajar Satria SH SIK mengatakan, pihaknya akan fokus pada penganiayaan yang dialami Joko.

‘’Untuk kasus Narkobanya akan ditangani oleh Satuan Reserse Narkoba Polresta Pekanbaru,’’ ujarnya.

Dikatakannya pula, mengenai adanya perbedaan keterangan dari hasil penyelidikan antara kepolisian dengan Den POM, termasuk Joko yang dari penyelidikan Den POM ikut mengonsumsi sabu-sabu, pihaknya akan berpegang pada fakta dan hasil penyelidikan yang telah dilakukannya.

‘’Jaringan Narkoba dengan pengguna itu berbeda. Kita tetap berpegang pada hasil penyelidikan,’’ ucap Arief sambil mengatakan bahwa dalam waktu dekat akan segera dilakukan rekonstruksi untuk lebih memperjelas penanganan kasus ini. (ali)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook