Dahlan Iskan Beri Dirut PT Barata Rp10 Juta

Ekonomi-Bisnis | Rabu, 21 Agustus 2013 - 09:24 WIB

MOJOKERTO (RP) - Menteri BUMN Dahlan Iskan tampaknya tidak mau ingkar janji. Selasa (20/8), mantan Dirut PLN itu memberi Dirut PT Barata Indonesia (Persero) Lalak Indiyono uang tunai Rp10 juta yang berasal dari uang pribadinya.

Itu merupakan janji Dahlan saat menantang BUMN yang menjadi kontraktor pembangunan pabrik bioetanol ini agar proyek selesai lebih cepat.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Dahlan bercerita, pemberian uang sebesar Rp10 juta itu bermula ketika ia berkunjung ke pabrik Bioetanol di Mojokerto. Saat itu, ia tidak yakin pembangunan pabrik tuntas dalam waktu dekat.

‘’Makanya, saya bilang pada kontraktor proyek, kalau bisa selesai sebelum 17 Agustus 2013, maka akan saya beri Rp10 juta,’’ urainya. Dalam pembangunan tersebut, PT Barata Indonesia bertindak sebagai main contractor.

Ternyata, PT Barata Indonesia mampu menyelesaikan sebelum tenggat waktu yang ditetapkan oleh Dahlan. Nah, untuk menepati janjinya tersebut, Dahlan membuka amplop berisi lembaran uang Rp100 ribuan. ‘’Uang ini saya serahkan pada Pak Lalak, karena bisa selesai dengan cepat,’’ kata dia disambut tepuk tangan dari para undangan.

Kemurnian 99,5 Persen

Memang, kemarin siang, Dahlan Iskan menghadiri peresmian pengoperasian pabrik bioetanol yang dibangun PT Perkebunan Nusantara X (Persero) di Desa Gempolkrep, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Pabrik yang memiliki kapasitas produksi hingga 30 juta liter per tahun tersebut bukan untuk campuran minuman. Melainkan untuk bakar bakar minyak (BBM).

Peresmian pabrik yang digelar di halaman pabrik kemarin, selain dihadiri Dahlan Iskan juga terlihat Dirjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto dan Presiden NEDO (New Energy and Industrial Technology Development Organization) Jepang Kenji Kurata.

Perusahaan ini merupakan hasil kerja sama NEDO dengan Kementerian Perindustrian. NEDO memberikan hibah melalui Kementerian Perindustrian, yang selanjutnya dikerjasamakan dengan PTPN X.  Dahlan Iskan mengatakan, pabrik bioetanol yang dibangun di atas lahan 6,5 hektare tersebut merupakan pabrik bioetanol pertama yang dimiliki BUMN. Pasalnya, pabrik ini hanya akan menghasilkan bioetanol bukan untuk campuran minuman, tetapi BBM. ‘’Di Mojokerto pertama ada dan sekarang sudah bangkrut. Tapi itu untuk campuran minuman. Kalau yang ini, hanya untuk energi,’’ ujarnya.

Terkait dengan kualitas, ujar Dahlan, bioetanol standar Jepang mencapai kemurnian hingga 99,5 persen atau produk etanolnya sangat ramah lingkungan. Untuk memproduksi dengan hasil maksimal itu, selama enam bulan ke depan, sejumlah tenaga teknis akan didatangkan langsung dari Jepang.

‘’Sebelumnya, kita belum bisa memrpoduksi bioetanol dengan kualitas seperti yang diproduksi di pabrik ini. Sebelumnya kita selalu impor,’’ ujarnya.

Tenaga asal Jepang diminta melakukan supervisi dan melakukan pemantauan hingga hasil bioetanol sesuai dengan ketentuan.

‘’Sampai bisa. Tidak ada kontrak sampai kapan,’’ tambah Dahlan.

Jika sukses, dalam enam bulan ke depan, dirinya akan memikirkan apakah bakal melanjutkan pengembangan atau tidak. Sementara itu, terkait dengan pemasaran, Dahlan memastikan bakal lancar. Pertamina diwajibkan membeli hasil produksi pabrik tersebut.

‘’Pertamina wajib membeli. Tak ada negosiasi. Tak ada merayu. Ini mandatory,’’ pungkasnya.

Terpisah, Dirut PTPN X Subiono mengatakan total investasi pembangunan pabrik bioetanol mencapai Rp461,21 miliar dengan skema pendanaan terdiri dari hibah NEDO Jepang Rp150 miliar dan dana PTPN X sebesar Rp311,21 miliar.

Menurut Subiono, pabrik bioetanol itu memiliki makna strategis bagi industri gula nasional, karena bisa menjadi pilihan untuk diversifikasi produk turunan tebu.

‘’Dengan demikian, industri gula tidak hanya mengandalkan komoditas gula semata yang harganya sering bergerak tidak menentu,’’ pungkasnya.

Subiono juga menyebutkan bahwa pihaknya akan melihat kemampuan pabrik tersebut enam bulan ke depan. Kalau enam bulan ke depan menunjukkan prospek yang bagus, bukan tidak mungkin pihaknya akan merealisasi penambahan pabrik bioetanol seperti yang disampaikan Menteri BUMN.

‘’Tapi kami sangat hati-hati melangkah. Kalau memang dipandang sesuai dan prospektif, maka kami akan meneruskan langkah selanjutnya,’’ tuturnya.(ron/nk/res)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook