JAKARTA (RP) - Baru-baru ini, Bank Dunia merilis laporan terkait studi tentang sanitasi di dunia. Hasilnya cukup mengejutkan.
Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim mengatakan, saat ini, satu dari tiga orang di dunia tak memiliki jamban/toilet, sehingga buang air besar (BAB) dilakukan di sungai atau ladang. Kondisi ini rupanya berdampak kentara pada perekonomian.
‘’Kerugian akibat buruknya sanitasi mencapai 260 miliar dolar AS (sekitar Rp2.500 triliun) per tahun,’’ ujarnya melalui keterangan resmi yang diterima JPNN, Sabtu (20/4).
Menurut Kim, kerugian akibat buruknya sanitasi tersebut terjadi akibat turunnya kondisi kesehatan masyarakat, rusaknya lingkungan serta hilangnya potensi pariwisata akibat lingkungan yang buruk. ‘’Ini terutama terjadi di negara-negara miskin dan berkembang,’’ katanya.
Kim menyebut, BAB sembarangan di sungai dan ladang/kebun merupakan salah satu sebab utama meluasnya penyebaran penyakit diare yang memicu tingginya angka kematian pada anak-anak. ‘’Karena itu, perbaikan sanitasi menjadi syarat untuk menghapus kemiskinan ekstrem pada tahun 2030 dan meningkatkan pendapatan dari 40 persen kalangan termiskin di dunia,’’ ucapnya.
Menurut Kim, diare menyebabkan kematian ribuan anak setiap harinya. Anak-anak yang selamat pun seringkali tak bersekolah karena penyakit tersebut. Selain itu, ketiadaan akses sanitasi paling merugikan kaum wanita dan anak perempuan. ‘’Sebab, merekalah yang memiliki risiko keamanan tertinggi ketika mencari lokasi BAB,’’ ujarnya.
Pada tahun fiskal 2011, Bank Dunia mengalokasikan 4 miliar dolar untuk air bersih dan sanitasi. ‘’Dana ini membantu 9 juta orang memiliki akses ke layanan air bersih dan sanitasi yang layak. Target kami, pada 2025, seluruh warga mendapat akses sanitasi yang layak,’’ katanya.
Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat sanitasi terburuk di dunia. Data World Bank’s Water and Sanitation Program (WSP) menunjukkan, dari total populasi penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa, 100 juta di antaranya belum memiliki akses untuk sanitasi yang baik.
Bahkan, pada 2010, penelitian menyebutkan 63 juta penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan di sungai, parit, danau, laut atau di daratan. Padahal, dalam 1 gram tinja mengandung 10 juta virus dan 1 juta bakteri. Yosa Yuliarsa, Spesialis Komunikasi Kawasan Asia Timur dari Water and Sanitation Program (WSP) Bank Dunia mengatakan jika 60 persen penduduk perdesaan yang tak punya akses terhadap sanitasi yang layak, terpapar risiko kesehatan yang lebih tinggi.
Tiap tahun tercatat sekitar 121.100 kasus diare yang memakan korban lebih dari 50.000 jiwa akibat sanitasi yang buruk. Biaya kesehatan per tahun akibat sanitasi buruk mencapai Rp31 triliun secara nasional. ‘’Jika ditambah dengan kerugian lingkungan dan potensi ekonomi, nilainya bisa mencapai Rp56 triliun per tahun,’’ jelasnya.(owi/jpnn)