MEDAN (RP) - Lima bulan jelang taking over (pengambilalihan) PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) per 1 November 2013 oleh Pemerintah Indonesia, pabrik peleburan aluminium serta PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga diprediksi masih laik operasi selama 25-30 tahun lagi.
”Kuncinya adalah perawatan. Seluruh bangunan, mesin-mesin, dan peralatan lainnya dipelihara secara periodik. Bangunan dicat secara berkala agar tidak keropos, mesin-mesin semi bongkar setiap lima tahun dan full bongkar setiap 10 tahun. Sparepart diganti secara berkala, rusak atau tidak rusak. Peningkatan teknologi dilakukan pada fasilitas dan peralatan. Hasilnya seluruh mesin dan bangunan masih kuat, dan diprediksi masih laik operasi 25-30 tahun lagi dengan sistem pemeliharaan yang kontiniu," kata Direktur Umum dan SDM, PT Inalum, Ir H Nasril Kamaruddin MBA, saat menerima kunjungan wartawan di pabrik peleburan Aluminium, Kuala Tanjung dan PLTA Paritohan, akhir pekan.
Dalam kunjungan pers tersebut, Nasril didampingi Direktur Bisnis Drs SS Sijabat, Direktur Produksi H Harmon Yunaz, dan jajaran manajemen lainnya.
Kondisi fasilitas dan peralatan yang baik, lanjut Nasril, dibuktikan dengan kemampuan Inalum meningkatkan kapasitas produksi aluminium, dari disain awal hanya 225 ribu ton per tahun menjadi 250 ribu ton per tahun.
”Selain menaikkan kapasistas produksi, perusahaan peleburan aluminium satu-satunya di Indonesia ini juga komit untuk selalu ramah lingkungan, safety, terbukti dengan keberhasilan mempertahankan predikat biru dan penilaian Proper sejak tahun 2003-2011.
Kami juga melakukan penghematan air baku, efisiensi pemakaian air di PLTA dan energi listrik, dan meraih berbagai sertifikasi di bidang lingkungan,” lanjutnya.
Salah satu contoh ramah lingkungannya, yakni pemanfaatan limbah-limbah padat dari pabrik peleburan aluminium yang selama ini ditumpuk dalam bangunan khusus, menjadi salahsatu bahan bakar untuk Pabrik Indosemen di Jakarta. Juga penghijauan di areal pabrik.
Dalam kunjungan tersebut, pers diajak meninjau gedung-gedung dan mesin-mesin di pabrik peleburan aluminium Tanjung Gading di atas lahan seluas 200-an hektare. Semua terlihat terawat baik.
Pabrik peleburan aluminium menghasilkan 225 ribu ton aluminium batangan per tahun. Produksinya dijual dalam dan luar negeri, seperti untuk Medan, Jakarta, Surabaya, Jepang, dan sejumlah negara lainnya. Batangan aluminium yang dihasilkan disebut Ingot, berkapasitas 22,7 kg per batang.
Untuk mendukung kinerjanya, PT Inalum juga membangun dermaga laut di Kuala Tanjung, yang rencananya akan dikembangkan menjadi pelabuhan laut yang lebih besar untuk mendukung Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Sumatera Utara, yang dipusatkan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangke.
Saat ini, pelabuhan tersebut hanya digunakan untuk transportasi kapal pengiriman aluminium dan limbah padat ke luar, serta menerima kedatangan kapal pengangkut bahan baku dan solar untuk Inalum.
Perawatan yang baik juga terlihat di PLTA Sigura-gura yang dikunjungi akhir pekan itu. Media dibawa turun naik lift kurang lebih 240 meter ke perut bumi, untuk melihat turbin-turbin yang berputar dengan tekanan air dari bendungan Sigura-gura.
Air dialirkan dari bendungan lewat terowongan berdiameter 6 meter, dan diterjunkan lewat pipa pesat setinggi 230 meter untuk memutar 4 turbin. Satu turbin memutar satu generator. Setiap turbin berputar sebanyak 333 putaran per detik selama 24 jam sehari, menggerakkan 1 generator yang menghasilkan 11 ribu Volt listrik.
Tidak perlu lagi bahan bakar dan tidak ada limbah. Inilah pembangkit listrik yang biaya operasionalnya termurah saat ini.
Dari generator, listrik dialirkan ke PLN Porsea dan PLN Kuala Tanjung. Sebagian besar dimanfaatkan untuk pabrik peleburan aluminium.
Inalum menyuplai energi listrik ke jaringan listrik Sumatera Utara selama beban puncak sebanyak 45 MW sejak April 2013 sampai sekarang. Sebelumnya pernah menyuplai sampai 90 MW.(mea/jpnn)