JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Riset Indonesia Property Watch (IPW) menunjukkan rata-rata nilai transaksi properti per tahun dalam lima tahun terakhir sebesar Rp200 triliun. Dari jumlah tersebut, sekitar 38,9 persen adalah pembelian rumah second.
"Properti sebenarnya masih cukup bertahan dan menjadi salah satu andalan untuk menggerakkan sektor secara real estate," kata CEO IPW Ali Tranghanda.
Tercermin dari peminat properti sebesar 58,6 persen. Rumah masih menjadi primadona bagi masyarakat dengan 51,8 persen. Minat pasar juga bergeser ke segmen menengah-bawah dengan harga hingga Rp1,2 miliar per unit.
Ali menuturkan, milenial yang aktif membeli rumah berusia di kisaran 27 sampai 39 tahun. Mereka berpenghasilan rata-rata Rp8,5 juta per bulan. Tingkat penghasilan itu tergolong tinggi dibanding penghasilan rata-rata genarasi itu sekitar Rp6 juta hingga Rp7 juta per bulan.“Namun, begitulah faktanya. Hanya mereka dengan penghasilan itu yang diperkirakan sanggup untuk membeli properti saat ini," ungkap Ali.
Harga properti yang dibeli bervariasi. Porsi terbesar di rentang harga Rp500 juta sampai Rp1 miliar sebesar 37,8 persen. Lalu, di kisaran Rp300 juta hingga Rp500 jutaan, 28,51 persen. Diikuti, harga properti di atas Rp1 miliar, 22,98 persen. Terkecil untuk harga properti di bawah Rp300 juta.
Sementara itu, CEO Galaxy Property Kennard Nugraha mengatakan, tren kenaikan properti seharusnya bakal terus berlanjut tahun ini. Di pasar primary sendiri, rumah dengan segmen harga di bahwa Rp1 miliar diperkirakan masih menjadi primadona. Hal tersebut terlihat dari penjualan kuartal I yang masih didominasi oleh pasar tersebut. "Saat ini, pengembang memang memilih untuk membangun rumah yang compact dengan luas tanah 6 x 12 meter. Karena memang secara harga yang memungkinkan adalah konsep semacam itu," paparnya.
Terkait pasar secondary, dia mengatakan bahwa penjualan tergantung dengan sikap investor. Tahun lalu, 60 persen pembelian pasar rumah bekas memang kelompok investor. End user biasaanya lebih senang membeli rumah baru. Dia mengatakan, kenaikan hampir semua harga komoditas membuat investor mulai mencari investasi yang bisa dipegang. "Harusnya, pertumbuhan properti tahun ini bisa mencapai minimal 50 persen," tuturnya.(bil/han/esi)
Laporan JPG, Jakarta