JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong perbankan untuk lebih besar dalam menyalurkan kredit investasi, baik itu di sektor manufaktur, infrastruktur, maupun energi. Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Perbankan Nelson Tampubolon mengatakan, mulai saat ini bank harus memperjelas posisi kredit investasinya di rencana bisnis bank (RBB).
‘’Kami ingin ajak perbankan yang selama ini lebih banyak (menyalurkan) ke (kredit) konsumsi dan modal kerja. Sektor-sektor yang membutuhkan kredit investasi itu cenderung kecil sekali porsi kreditnya,’’ tutur Nelson usai Annual Financial Executive Gathering OJK, di Hotel Sahid, Jakarta.
Merujuk data Bank Indonesia (BI), hingga November 2013 total kredit investasi yang disalurkan oleh bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR) mencapai Rp771,3 triliun. Posisi tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan kredit modal kerja, di mana pada periode yang sama mencapai Rp1.543,8 triliun. Begitu juga jika dikomparasikan dengan kredit konsumsi yang jumlahnya mencapai Rp929,6 triliun. ‘’Kami akan coba lihat kalau ada regulasi yang kira-kira terlalu kaku dan kemungkinan ditinjau ulang. Namun kami utamakan RBB-nya, dan kami akan ajak (industri) bicara,’’ katanya.
Kendati mendorong agresivitas bank untuk menyalurkan kredit investasi, OJK tetap meminta bank mengindahkan prinsip kehati-hatian. Oleh sebab itu OJK masih belum berencana membikin kebijakan batas minimal pemberian kredit investasi. Otoritas lebih mempertimbangkan karakter masing-masing bank. ‘’Kami belum sampai pada mengatur persentasenya. Mungkin tahap awal lewat RBB dahulu. Karena kalau kami paksakan dengan persentase dan dia (individual bank) tidak siap, nanti jadi kredit macet,’’ paparnya.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, ada beberapa arah pengembangan perbankan di tanah air. Misalnya, makin besarnya kelas menengah akan memicu kemungkinan pengintegrasian produk perbankan dengan produk pasar uang dan pasar modal. Upaya ini dilakukan untuk meperdalam instrumen keuangan di pasar keuangan domestik. ‘’Kami paham hal ini membawa konsekuensi peningkatan risiko. Kami tentu akan menyiapkan berbagai perangkat mitigasinya,’’ katanya pada pidato di hadapan seluruh pelaku industri keuangan.(gal/sof/jpnn)