JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Keputusan pemerintah untuk mengimpor beras asal Vietnam, menunjukkan bahwa pemerintah mengabaikan harapan petani. Kebijakan impor beras akan mengganggu hasil produksi para petani.
Anggota Komisi IV DPR RI Rofi Munawar menilai, Pemerintah juga seakan menafikan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang memprediksi angka produksi padi pada 2015 akan meningkat 6,64 persen atau sebanyak 75,55 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya.
Merujuk data BPS, yang merupakan angka tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Selain itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat melakukan panen raya padi jenis Ciherang di Desa Siraman, Blitar, memastikan produksi gabah melimpah dan stok beras nasional sampai akhir tahun 2015 aman.
“Kenaikan produksi padi yang telah diprediksi tersebut ternyata tidak mampu diserap secara maksimal oleh Bulog sebagai stok potensial cadangan beras nasional,” ujar Anggota Komisi IV DPR RI Rofi Munawar melalui siaran persnya, Ahad (18/10).
Rofi menilai, yang terjadi adalah kebalikan dari apa yang telah ditetapkan pemerintah sebelumnya. Bukannya meningkatkan cadangan beras nasional dari petani lokal, pemerintah justru melakukan impor beras secara besar-besaran.
Menurutnya, importasi beras dari Vietnam ini menunjukan bahwa strategi manajemen stok nasional pemerintah sangat lemah dan insentif produksi yang tidak tepat sasaran. Padahal selama ini pemerintah sangat optimistis dengan kegiatan seperti upaya khusus (upsus) dalam upaya peningkatan produksi pertanian khususnya beras dan tanaman pangan serta ketepatan waktu dalam penyediaan bibit.(fri)
Laporan: JPNN
Editor: hasan hanafi