TERENDAH DALAM DUA TAHUN TERAKHIR

Defisit Terkendali, tapi Berat Capai Target

Ekonomi-Bisnis | Kamis, 19 April 2018 - 11:35 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kinerja APBN awal tahun terbilang positif. Per 31 Maret, realisasi defisit merupakan yang terendah sejak dua tahun terakhir. Meski demikian, polemik besarnya utang membuat khawatir pada target angka defisit anggaran yang ditetapkan tahun ini, yakni 2,19 persen.

Pengamat ekonomi Tony Prasetiantono menilai masih berat apabila pemerintah memprediksi target defisit akan tercapai. Jika pada Maret saja terjadi defisit 0,58 persen, dalam setahun defisit bisa berada di kisaran 2,32 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Meski demikian, dia menekankan bahwa pemerintah tidak perlu khawatir sekalipun tidak mencapai target. ”Yang terpenting, angka tersebut masih jauh dari batas toleransi 3 persen, bahkan lebih rendah dari rata-rata defisit dalam beberapa tahun terakhir sekitar 2,5 persen,” paparnya, kemarin .

Terkait dengan realisasi utang pemerintah yang sudah mencapai angka Rp4.136,39 triliun dan rasio utang yang hampir menyentuh 30 persen, Tony menyebut kondisi utang masih aman. Sebab, masih berada di batas bawah yang aman, yakni 60 persen.

Namun, dia menegaskan, pemerintah harus memperhatikan utang luar negeri dan debt service ratio yang sudah mencapai 34 persen. ”Jadi, agar lebih aman, kita harus berusaha mendorong ekspor agar ratio debt payment terhadap ekspor bisa diturunkan menjadi di bawah 30 persen,” katanya.

Berdasar data Kementerian Keuangan, per 31 Maret realisasi defisit APBN sebesar 0,58 persen terhadap PDB atau Rp85,8 triliun. Menurut Menkeu Sri Mulyani Indrawati, angka defisit tersebut merupakan yang terendah sejak dua tahun terakhir.

Tahun lalu defisit 0,76 persen dari PDB. Dua tahun lalu, bahkan pada tiga bulan pertama, sudah defisit 1,13 persen. ”Jadi, kelihatan sekali trennya dalam APBN kita yang semakin baik dan kuat. Keseimbangan primer juga,” jelas Sri Mulyani di gedung Kemenkeu.

Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu menambahkan, sampai 31 Maret 2018 angka keseimbangan primer Rp17,3 triliun. Jauh lebih kecil daripada tahun lalu dengan besaran keseimbangan primer Rp38,7 triliun.

Sementara itu, pada 2016, keseimbangan primer mencapai Rp90,4 triliun hanya dalam waktu tiga bulan. ”Kita harapkan keseimbangan primer bisa mendekati nol dan diharapkan bisa berlangsung surplus,” lanjutnya.

Dengan realisasi defisit tersebut, menurut dia, besaran pembiayaan sampai akhir Maret mencapai Rp 149,8 triliun atau 45,96 persen dari yang direncanakan dalam APBN 2018 sebesar Rp 399,2 triliun.

Pembiayaan tersebut terdiri atas penerbitan surat berharga negara (SBN) (neto) sebesar Rp143,81 triliun atau 34,69 persen dari target penerbitan tahun ini. Kemudian, pengadaan pinjaman (neto) sebesar Rp 4,41 triliun atau minus 28,79 persen dari target tahun ini.(ken/c11/fal/das)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook