Pengguna Telkomsel Tak Aman dari Sadapan Australia dan Amerika

Ekonomi-Bisnis | Rabu, 19 Februari 2014 - 07:56 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Masyarakat Indonesia diimbau untuk hati-hati menggunakan telepon seluler. Pasalnya, seperti laporan terbaru New York Times dan Canberra Times edisi akhir pekan lalu mengulas soal jutaan pelanggan PT Telkomsel yang disadap oleh Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) dan Direktorat Intelijen Australia.

"Hati-hatilah menggunakan telepon seluler, dan pilihlah provider yang benar-benar aman untuk berkomunikasi," ujar pemerhati kebijakan publik dan perlindungan konsumen, Agus Pambagio dalam rilisnya, Selasa (18/2).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Canberra Times dan New York Times memuat soal bocoran dokumen rahasia dari Edward Snowden, mantan kontraktor NSA, yang kini menjadi buronan AS. Dokumen Snowden menunjukkan, dinas spionase elektronik Australia melakukan penyadapan secara massal terhadap jaringan komunikasi dan pengumpulan data yang dilakukan oleh Telkomsel. Nama Indosat juga disebut-sebut dalam laporan itu.

Sepanjang tahun 2013, Australian Signals Directorate mendapatkan hampir 1,8 juta kunci enskripsi induk yang digunakan operator selular Telkomsel untuk melindungi percakapan pribadi dari pelanggannya. Intelijen Australia juga membongkar semua enskripsi yang dilakukan Telkomsel. Data pengguna telepon seluler pada 2012 menunjukkan,Telkomsel memiliki 121 juta pelanggan atau menguasai sekitar 62 persen pasar.

Sebuah memo pada tahun 2003 sebelumnya menunjukkan bagaimana personil NSA mengajari mitranya dari Australia saat negara itu berupaya menembus enkripsi yang diberlakukan oleh pihak pertahanan militer Papua Niugini.

Khusus untuk Indonesia, bila bocoran Snowden menyatakan penyadapan dilakukan kepada para pejabat, bocoran terbaru memperlihatkan, kegiatan penyadapan oleh AS dan Australia sudah merasuk ke komunikasi pribadi pelanggan selular di Indonesia melalui Telkomsel.

Intersepsi Australia atas layanan telekomunikasi berbasis satelit di Indonesia dilakukan melalui Shoal Bay Naval Receiving Station, fasilitas intersepsi satelit yang berlokasi dekat Darwin. AS dan Australia juga mengakses panggilan telpon dan lalu-lintas internet yang dilakukan menggunakan kabel bawah laut yang beroperasi melalui dan ke Singapura.

"Kabar ini tentu mengejutkan, terutama bagi para pengguna seluler dari Telkomsel. Sebab, penyadapan ini menunjukan bahwa jaringan komunikasinya tidak aman. Konsumen harus lebih hati-hati dengan kejadian ini," kata Agus.

Agus meminta konsumen lebih hati-hati dalam menggunakan layanan telekomunikasi. Dia menyarankan agar konsumen bisa memilih layanan telekomunikasi yang aman dan bisa melindungi kepentingan konsumen.

Sementara Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo menegaskan, Telkomsel harus menjelaskan kepada publik soal ketidakamanan jaringan telekomunikasi mereka. "Mengapa bisa sampai disadap, apakah ada unsur kesengajaan atau tidak. Perlindungan konsumen harus jadi concern utama," kata Sudaryatmo.

Menurut Sudaryatmo, kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi pengguna layanan telekomunikasi Telkomsel. Konsumen diminta hati-hati setelah terkuaknya indikasi tidak aman atas operator seluler tersebut. "Penyadapan ini sangat merugikan konsumen, Telkomsel harus bisa menjelaskan ini ke publik," tandasnya. (rus/rmol)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook