Surat Utang BUMN Capai Rp58,9 T

Ekonomi-Bisnis | Selasa, 18 Juni 2013 - 08:49 WIB

JAKARTA (RP) - Kendati dibayangi peningkatan suku bunga acuan dan kenaikan proyeksi inflasi, pasar surat utang (obligasi) badan usaha milik negara (BUMN) masih dipandang seksi sebagai instrumen investasi.

Ini terlihat dari penerbitan obligasi BUMN yang diprediksi bisa menyentuh angka Rp58,9 triliun pada 2013. Angka tersebut bahkan hampir melampaui target penerbitan obligasi korporasi 2013 yang diperkirakan mencapai Rp60 triliun.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Berdasarkan data yang dihimpun JPNN, kontributor terbesar penerbitan obligasi BUMN datang dari PT Pertamina (Persero). Perseroan pelat merah di sektor migas itu bakal menerbitkan obligasi global (global bond) senilai 3,25 miliar dolar AS atau setara Rp31,5 triliun pada semester kedua 2013. Selain itu, perusahaan BUMN yang juga berencana menerbitkan surat utang adalah PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebesar Rp 12 triliun.

Analis Obligasi PT Penilai Peringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fakhrul Aufa mengatakan, pasar obligasi pemerintah selama ini selalu dinilai lebih. Bahkan dari segi pricing, Fakhrul menilai, surat utang yang diterbitkan BUMN dihargai lebih tinggi.  ”Karena obligasi BUMN jarang dan cenderung sulit diperdagangkan di pasar sekunder. Sehingga investor yang ingin obligasi harus  masuk pasar primer,” katanya kepada JPNN, Senin (17/6).

Karena itu, ia menerangkan, kemungkinan besar obligasi BUMN akan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribbed). Contohnya, obligasi Pertamina bahkan mengalami oversubscribbed hingga 4,4 kali dengan nilai penawaran mencapai 14,4 miliar dolar AS, dengan jumlah lebih dari 667 investor.

Fakhrul menambahkan, yang memicu investor masih percaya menempatkan dananya dalam portofolio obligasi BUMN ini lantaran adanya jaminan dari pemerintah. Misalnya, ia menerangkan, PLN yang secara finansial kurang baik lantaran masih mencatat kerugian, akan tetapi di sisi lain sektor bisnis PLN di-back up penuh oleh pemerintah.

”Sehingga investor percaya. Kalaupun ada sentimen tentang good corporate governance pada perusahaan BUMN lainnya, kekhawatiran akan terekspos  dari kupon yang diberikan. Namun secara umum pasar  masih butuh produk baru, ini kesempatan untuk BUMN lainnya,”  jelasnya.

Sebagai tambahan informasi, salah satu BUMN yang ancang-ancang untuk merilis obligasi pada paro kedua tahun ini adalah PTPN X.  Perusahaan dengan lini bisnis perkebunan itu menerbitkan obligasi dengan nilai Rp700 miliar bertenor lima tahun, dengan tingkat bunga tetap.

Periode pembayaran bunga akan dilakukan  setiap kuartal. Obligasi yang mendapat peringkat idA+ (Single A Plus) dari Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dengan outlook stabil, itu mematok kupon sebesar 8-9 persen. "Hasil penerbitan obligasi  akan kami gunakan untuk refinancing BRI sebesar Rp 300 miliar. Sisanya untuk dana investasi," terang Dolly Tulungan usai Penawaran Umum Obligasi I.(gal/zed)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook