JAKARTA (RIAUPOS.CO)–Usaha Pemerintah meningkatkan pembangunan infrastruktur memberikan harapan cerah bagi industri bahan bangunan. Hingga tiga tahun ke depan, pemerintah mengalokasikan anggaran Rp5.000 triliun untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia.
”Anggaran Rp5.000 triliun itu sangat besar kalau bisa semuanya diserap industri bahan bangunan dalam negeri,” ujar Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Harjanto, Kamis (17/3/2016).
Harjanto mengimbau industri bahan bangunan dalam negeri tak sekadar menjadi penonton tanpa bisa menikmati kue anggaran infrastruktur.
”Pertimbangkan untuk meningkatkan produksi karena permintaan dalam negeri meningkat saat ini. Jangan sampai kehilangan momen,” ujarnya.
Selain konstruksi, peluang juga terbuka di sektor properti. Hal itu berkaitan dengan upaya Pemerintah mengurangi defisit pasokan rumah (backlog) yang sangat tinggi.
”Bagi industri bahan bangunan seperti semen, cat, keramik, dan baja ringan, ini peluang yang sangat baik,” katanya.
Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga mengakui tahun 2015 lalu sangat berat bagi industri. Penurunan permintaan di dalam negeri mencapai 30 persen. Padahal, selama ini 85 persen produksi industri bahan bangunan diserap pasar domestik.
”Awal tahun 2016 ini pasar terasa mulai bangkit, proyek properti kembali dibangun,” katanya.
Asia Manager Solahart James Brown menilai, pasar Indonesia masih sangat besar. Ditambah lagi, perkembangan sektor properti yang sangat cepat ditunjang daya beli masyarakat yang cukup tinggi.
”Banyak bermunculan perumahan baru untuk keluarga kecil, apartemen, hotel, dan penginapan,” ujarnya.
Guna mewadahi permintaan pasar yang cocok untuk segmen kecil, pihaknya mengeluarkan produk pemanas air elektrik untuk properti skala kecil.
Laporan : wir/c10/noe/jpnn
Editor : Aznil Fajri