BANDUNG (RIAUPOS.CO) - Sukses di tahun 2018 dan tetap optimis kinerja lebih baik di tahun ini, PT Astra Agro Lestari Tbk (Astra Agro) mulai bergerak secara digital.
Industri perkebunan selama ini identik dengan hal yang konvensional dan jauh dari teknologi. Tapi era saat ini, lini bisnis perkebunan juga harus bergerak ke arah itu. Sehingga salah satu hal positif yang diperoleh, para anak muda akan tertarik untuk bekerja di sektor perkebunan. PT AAL menjawab era digital dengan mengembangkan Amanda, Melli dan Dinda.
Hal ini dikemukakan Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk Santoso dalam acara Talk To The Ceo, di Kota Bandung, Jumat (15/2). Santoso tampil berdiskusi dengan awak media nasional dan daerah dengan dipandu Internal Communiation Fenny Anggraeni Sofyan.
’’Bisnis perkebunan dikenal sejak zaman penjajahan dan selalu identik dengan pekerjaan yang jauh dari teknologi. Salah satunya ya, anak muda hanya sedikit yang berminat bekerja di sektor ini. Sehingga persaingan dari putra putri terbaik bangsa dalam terjun bekerja di bisnis perkebunan tidak begitu ketat. Tapi yang terpenting adalah menjawab tantangan zaman dan membuat kinerja perusahaan lebih baik lagi,’’ ucap Santosa.
Program digital itu adalah Aplikasi Mandor Astra Agro (AMANDA) didesain untuk menjawab tantangan pelaksanaan kegiatan operasional yang sesuai standar Astra Agro. Lalu, aplikasi mill excellent indicator (MELLI) menjawab kebutuhan data yang cepat dan akurat di Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Dan aplikasi daily indicator of Astra Agro (DINDA) yang berfokus pada pengembangan model sistem yang mendukung konsep Operational Excelent. Disamping itu, Sistem yang dibuat juga memfasilitasi manajemen untuk mengembangkan sistem kerja yang lebih efektif dan efisien.
Optimistis Astra Agro Lestari ini juga sejalan dengan makin baiknya kinerja perusahaan di 2018, walau keadaan ekonomi tidak begitu mendukung. Ditambah lagi, dukungan masyarakat terus meningkat ditandai perluasan kebun plasma serta program CSR yang sudah terbukti dirasakan langsug oleh masyarakat. Saat ini, Astra Agro mengelola 285.024 hektar kebun sawit yang tersebar di pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Dari luasan tersebut, Astra Agro mengelola 218,409 hektar kebun inti 66.615 hektar kebun plasma. Selain mengelola inti dan plasma, Astra Agro juga mengelola kebun kemitraan.
Astra Agro telah bermitra dengan 14.646 petani PIR dan PIR-KKPA dengan areal perkebunan seluas 22.216 hektar tersebar di provinsi Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan tengah, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Tengah. Sementara dalam program IGA, dan Swadaya jumlah mitra 60.000 petani dengan luas lebih dari 250.000 hektar.
Produksi TBS Mitra Astra Agro pada tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar 40 persen dari 2.691.285 ton di 2017 menjadi 3.807.729 ton di 2018. Seluruh kebun mitra Astra Agro telah dilakukan upaya Traceability untuk menjamin kebun tidak berada pada lokasi yang tidak dapat digunakan untuk budidaya sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Ditanya soal kampanye negatif yang diarahken kepada industri sawit apakah berpengaruh dalam kinerja Astra Agro Lestari, Santosa menjawab bahwasanya kenyataan yang ada saat ini Eropa malah memasok CPO lebih banyak dari biasanya. Jadi tidak selalu benar kalau boikot itu menyebabkan industri sawit akan mengalami kemunduran hingga terhenti. ’’Perang dagang Cina-Amerika salah satunya memboikot pembelian kedelai. Akibatnya apa, Brazil menjadi untung. Karena jual beli melalui mereka. Selama kebutuhan akan bahan baku itu tinggi, siklusnya akan tetap jalan. Apalagi industri sawit di Indonesia sedang berusaha keras untuk menciptakan usaha perkebunan yang sesuai standar lingkungan,’’ tutur Santosa.(rls/kom)
Kinerja AAL 2018
- Memproduksi TBS sebesar 5,7 juta ton atau naik sebesar 10,2 persen dibandingkan tahun 2017.
- Produksi CPO Astra Agro tahun 2018 meningkat sebesar 18,5 persen dibandingkan tahun 2017. 83.000 ton di tahun 2017 menjadi 375.000 ton ditahun 2018
- Tercatat, Astra Agro memproduksi CPO sebesar 1,9 juta ton pada tahun 2018 sedangkan pada tahun 2017 Astra Agro memproduksi 1,6 juta ton.
- Produksi kernel sebesar 420.900 ton, naik 18 persen sedangkan pada tahun sebelumnya produksi kernel sebesar 356.600 ton.
- Pada sektor hilir, memproduksi 327.600 ton Olein pada tahun 2018 atau meningkat 16,1 persen dari tahun 2017 yakni sebesar 282.200 ton.
- Palm Kernel Oil mengalami penurunan sebesar 38,2 persen dari tahun 2017.
- Begitupula dengan bisnis peternakan sapi yang juga menunjukkan hasil yang memuaskan yaitu dari 1300 ekor pada 2017 naik menjadi 10.061 ekor pada 2018.
- Program CSR yang terus berkembang dengan 4 pilar yaitu Ekonomi, Pendidikan, dan Kesehatan.