JAKARTA (RIAUPOS.CO)-Indonesia akan menjadi salah satu tujuan investasi pembangunan industri aluminium, karena Indonesia memiliki cadangan biji bauksit dalam jumlah melimpah, dan meningkatnya permintaan aluminium di dalam negeri.
"Prospek pembangunan pabrik pemurnian alumina di Indonesia dalam jangka panjang, akan menjanjikan karena Indonesia memiliki cadangan bauksit berlimpah dan meningkatnya permintaan dalam negeri," kata Ketua Asosiasi Smelter Indonesia, R Sukhyar, dalam Diskusi Smelter dan Pertambangan Berkesinambungan, di Hotel Shangri La, Jakarta, Rabu (16/12/2015).
Sementara para investor dari Tiongkok akan makin gencar membangun pabrik pemurnian mineral atau smelter di Indonesia dalam waktu dekat. Sebab, pengoperasian smelter di Tiongkok sudah tidak cukup ekonomis, apalagi kondisi ekonomi global yang buruk mengharuskan adanya efisiensi.
"Dalam kondisi ekonomi global saat ini, banyak smelter di Tiongkok tutup produksi, bahkan tutup. Kalau harus investasi smelter, sangat kompetitif. Bila dilakukan di dekat sumber mineral berada, misalnya di Indonesia, baru ekonomis," tambahnya lagi.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Widardi Sunoto mengungkapkan, permintaan alumina di China sudah melebihi kemampuan pasokan (under supply) dan membutuhkan investasi besar, untuk membangun fasilitas pemurnian baru setelah 2021,
"Hal yang sama akan terjadi di dunia pada 2031, tidak hanya di Tiongkok," ucapnya.
Selain itu, kompetisi di pasar global yang makin ketat mengharuskan efisiensi, karena itu industri aluminium akan berkembang di Indonesia. "Kompetisi mengharuskan dibangunnya industri aluminium yang terintegrasi dari hulu ke hilir," ia mengakhiri.
Laporan : dtfinance
Editor : Aznil Fajri