SURABAYA (RIAUPOS.CO) - Upaya pemerintah menerapkan aturan TKDN (tingkat kandungan dalam negeri) mendapat tanggapan dari produsen ponsel. Mereka meminta pemerintah menciptakan ekosistem industri konten lokal.
‘’Untuk beberapa komponen tertentu, sebagai vendor asing kami masih susah memenuhi. Bukan karena kami tidak mau, tetapi memang komponen tersebut belum tersedia di industri dalam negeri,’’ kata Chief Community Officer PT Indonesia Oppo Electronics Aryo Meidianto A, kemarin (16/11).
Pemerintah menetapkan semua vendor asing harus memenuhi TKDN minimal 30 persen pada 1 Januari 2017. Pemerintah juga mencanangkan nantinya aturan TKDN untuk vendor asing itu menjadi 100 persen. ‘’Perputaran uang di industri ponsel Indonesia bisa mencapai Rp 80 triliun per tahun. Tetapi, hanya 35-40 persen yang masuk Indonesia,’’ kata Presiden Direktur PT Panggung Electric Citrabuana Ali Soebroto Oentaryo.
Menurutnya, aturan TKDN akan berimbas positif ke industri dalam negeri maupun neraca perdagangan Indonesia. ‘’Setidaknya aturan tersebut bisa membuat jumlah uang masuk ke Indonesia semakin besar. Selain itu, jika aturan diterapkan 100 persen, bukan tidak mungkin seluruh uang itu masuk ke Indonesia,’’ ungkapnya.
Pada 2014, impor ponsel Indonesia tercatat Rp61 triliun. Di sisi lain, Aryo menambahkan, produsen ponsel membutuhkan dukungan ekosistem industri yang memadai untuk memenuhi TKDN. ‘’Dari hulu ke hilir setidaknya terintegrasi seperti industri sepeda motor. Komponen yang kami gunakan juga terkait segmentasi kami di pasar premium yang membutuhkan dukungan industri komponen lokal dengan kualitas bagus,’’ ungkapnya.
Pemerintah harus memberikan insentif di industri komponen lokal agar mampu tumbuh. Vendor juga membutuhkan dukungan dari segi software seperti developer Android. ‘’Seharusnya pemerintah mulai membina developer software. Saat ini fokus pemerintah baru membina start-up,’’ tuturnya.
Hal sama diungkapkan Head of Device Smartfren Sukoco Purwokardjono. ‘’Sampai saat ini, TKDN kami 20-25 persen. Beberapa komponen yang masih impor memang yang kategorinya high tech, misalnya chipset dan touch panel,’’ katanya. Menurut Sukoco, industri dalam negeri bisa belajar membuat komponen dari yang paling mudah dulu. ‘’Jika sudah bisa, lama-lama akan merambah komponen yang lebih rumit,’’ pungkasnya.(vir/c17/oki/jpg)