JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Perdagangan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang stagnan belum merubah arah target perkiraan nilai tukar selanjutnya. Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, meski rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) terkait surplusnya neraca perdagangan belum membuat rupiah menguat, namun diharapkan tekanan global dapat lebih berkurang.
Menurutnya, pergerakan rupiah cenderung stagnan di pasar valas. Adanya rilis surplus perdagangan senilai 0,23 miliar dolar AS, belum banyak memberikan sentimen positif pada rupiah. “Diperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran 15.188-15.215,” ujarnya di Jakarta, Selasa (16/10).
Di sisi lain, lanjutnya, adanya rilis penjualan ritel AS yang diperkirakan di bawah perkiraan diharapkan dapat mengurangi kenaikan dolar AS sehingga membuat Rupiah berkesempatan untuk kembali menguat.
Selain itu, Reza juga menyampaikan, kerjasama bilateral swap Indonesia dan Jepang tampaknya ditanggapi dingin. Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) dan Bank Sentral Jepang (Bank of Japan), yang bertindak sebagai agen Kementerian Keuangan Jepang, telah menandatangani amandemen perjanjian kerja sama Bilateral Swap Arrangement (BSA) pada tanggal 14 Oktober 2018.
Sebagaimana perjanjian sebelumnya, nilai fasilitas swap masih sama, yaitu sampai dengan 22,76 miliar dolar AS.(mys/jpg)